Senin, 14 Agustus 2023

Pintu Taubat


By : Rien Elsa




Ketika pintu hati diketuk. Jiwa menggeliat tersentak. tersadar begitu banyak pintu rahmadNya. Lewat pintu yang manakah kita akan masuk?

Kubuka pintu hatiku yang telah sekian lama terkunci rapat dan tertutup oleh kabut hitam. Kusibak kegelapan yang menyelimuti. Betapa banyak benih dosa yang telah tertanam. Terkubur,  membeku dan mengendap di lorong hati.

"Kemana aku selama ini? Kenapa aku menutup mata atas semua rahmadNya?" 

"Kamu tidak kemana-mana, jiwamu yang berkelana. Terbuai oleh kepalsuan dunia, mendewakan kebahagian dalam kepongahan. Tak mau menerima nilai - nilai kebenaran, walau itu datang dari tuhanmu.

Kumulai cairkan bongkahan hati yang mengeras dan menyapu sampah-sampah yang berdebu dengan siraman kalbu. Membasuh debu dari segala kekotoran. Berusaha mengikis habis serpihan kedengkian  yang masih menempel di sudut hati. Mensucikan lidah dari ulat-ulat ghifah yang bergelantungan di langit-langit mulut.

"Mendekatlah, jangan mematung saja di situ..." suara itu berbisik lembut menyentuh jiwa.

Aku melangkah pelan, sedikit takut masuk kedalam rumah suci ini. Pantaskah aku berada di tempat ini?

Lantunan cahaya Ilahi yang memberikan penerangan telah menyelamatkanku sehingga tidak terperosok pada lubang yang kian dalam dan kelam. Menyelamatkan hati yang mengembara pada tempat yang keliru.

Mengenal pintu rahmadMu adalah anugerah yan tak terkira. Selama ini mataku telah tertutup...dengan leluasanya mencari kepuasan duniawi tanpa mempedulikan kebutuhan untuk akhirat. 

"Masuklah....!"suara itu datang lagi.

Sepenuh Hati kumasuki pintu berukir kaligrafi berlafadzkan kalam illahi ini. Aku merasakan hawa sejuk yang menerpa sanubari dan mengalir ke suluruh tubuh. Aku menggigil dan tersungkur pada sajadah. 

Aku merasa sangat kerdil. Aku bersujud dan terisak menangisi kesalahan yang pernah kuperbuat. Tak terhitung banyaknya dosa yang telah aku buat. Aku merasa sangat hina. Dalam ratap aku berdo' a memohon ampun pada Allah. Semoga terbuka pintu maaf buatku.
 
Tiba-tiba terbukalah pintu ruangan yang ada di dalam mesjid. Seorang Ustazd berusia sekitar 60 tahun keluar dari sana dan berjalan mendekatiku yang sedang berada dalam penyesalan yang dalam.

"Bertaubatlah anakku." katanya sambil menyentuh bahuku dengan penuh kasih sayang.

"Apakah Allah mau menerima taubatku ustadz? dosaku sangatlah banyak, bagaikan hamparan pasir di pantai."

"Anakku, Allah akan menerima taubat hambanya yang benar-benar ingin bertaubat padanya, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan At Tirmidzi."

"Sungguh, Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di tenggorokan." [ HR. At Tirmidzi]

Pertahananku jebol, air mataku tumpah membasahi sajadah. Maha besar Allah, ternyata masih ada ampunan untuk dosaku yang membongkah ini. Aku terus menangis sampai mataku bengkak dan sembab. .

"Terima kasih Yaa Allah....!"
"Terima kasih rahmatmu ini..!"
Hingga sampailah aku pada pintu kebahagiaan
Tak ada kata - kata yang keluar selain kata syukur atas karunia-Nya. Aku beruntung masih diberi waktu untuk menyadari kesalahan dan dituntun kembali berada di jalan-Nya.

Kuterpesona di pintu maghfirah, darahku mengalir dengan sejuknya ke seluruh aliran nadi tubuh ini. Aura kebahagian menyambutku untuk menjalani hari esok yang menanti. Aku bertekat tak akan terseret lagi ke lubang hitam.

Jjiwaku damai setelah hati ini terbuka menerima kebenaran yang terbentang. PINTU taubat membawaku pada kehidupan yang baru. Kembali ke jalan-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...