Sabtu, 29 Mei 2021

Mengusir Ketidakberdayaan




By :Rien     

Dan sungguh akan Kami berikan ujian atau cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. – (Q.S Al-Baqarah: 155)

      Air mata yang mengalir bisa bermuara pada telaga bahagia, tinggalkan duka dan nestapa.

     Di sini, di tempat yang jauh dari kesunyian aku merenung sendiri. Mendengarkan suara hati dan Berbicara dengan jiwa. Begitu banyak beban yang menghimpit, membuat sesak ruang dada. Masihkah ada celah untuk mengecap bahagia?

    “Ada apa, kenapa dikau bersedih?”

     Aku tengadahkan kepala, melirik kiri dan kanan tak ada siapa-siapa. Hanya dedaunan hijau yang       tumbuh dengan rimbun, lalu dari mana datangnya suara itu?”

“Aku tak kenapa-napa.”

“Lalu kenapa dikau melamun dari tadi? maukah dikau berbagi cerita denganku?”

“Hmm…baiklah.”

“Silahkan ceritakan apa masalahmu.”

“Aku kesandung lagi, jeratan masalah kembali datang melilit. Aku kalah,.”

“Hei…jangan begitu! tak boleh berputus asa.”

“Ia sobat, aku ngga kuat, Usahaku bangkrut, tak ada lagi yang bisa aku harapkan. Aku lelah…”

Hari semakin sore. Langit biru berubah mendung. Hembusan angin terasa sangat kencang menyapa, udara dingin begitu kuat mencekam setiap sudut persendian.

Kupagut gigilku dari gerimis halus yang jatuh satu persatu. Aku masih bersimpuh di bawah pohon rindang ini. Menumpahkan segala gundah dan berbagi resah dengan ilalang yang tumbuh liar.

“Begini ya sobatku….hidup Ini bagaikan perputaran bumi, rasa bahagia dan sedih sering datang menghampiri. Mengusik silih berganti , mengaduk-aduk emosi, air mata pun bersaksi atas semua kejadian pada diri. Itu semua sudah menjadi takdir Illahi, untuk apa disesali?”

“Aku tidak menyesalinya, tapi aku merasa panik kalau terus menrus dihujani oleh lembaran-lembaran masalah.”

“Siapa pun tidak akan luput dari terjangan masalah. Persoalan bisa datang menghantam siapa saja. Tidak peduli kecil atau tua. Kaya atau miskin , orang berilmu atau tidak. Semuanya disapu oleh tiupan problematika kehidupan. Sabar dan ikhlas adalah kunci untuk menghadapinya.”

“Iya, aku setuju, namun aku tak bisa berdamai dengan diriku. Hati menjerit oleh cobaan yang membelit. Kenapa aku sering dihadang oleh cobaan?”

“Setiap insan tentu ada merasakan masalah dan cobaan, namun jenis masalah tentu tidaklah sama pada setiap kita. Mulai dari masalah sepele yang bikin kening mengerinyit hingga masalah super besar yang menghamburkan air mata.”

“Air mata?”

“Ia, airmata. Banyak hal yang bisa membuat netra mengeluarkan air mata. Kadang tumpah dari luka yang menganga, bisa juga dari rasa suka cita. “

“Iya benar.”

“Nah, suka dan duka akan silih berganti menghampiri kita. Selama ini kamu sudah diangugrahi berbagai macam kemewahan. Tinggal di rumah besar, Usaha yang lancar, keluarga yang utuh dan berbahagia. Kenapa diuji sedikit saja, nyalimu menjadi ciut?” Bukakah masih banyak nikmat dan karunia Allah yang ada di depan mata?

“Nikmat Allah?” Nikmat yang mana? Usahaku sudah bangkrut sobat, terus nikmat apalagi yang ada pada diriku?

“Dalam surat Al-Balad ayat 8 sampai 10, Allah menegaskan betapa besarnya kenikmatan yang dia berikan pada hamba-Nya sebagaimana berikut;

“Bukankah kami telah memberikan kepadanya kedua mata, Lidah dan dua bibir  Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (QS. Al-Balad: 8-10)

Ada banyak kenikmatan yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Nikmat jantung yang masih berdetak. Nikmat nafas yang memberikan kehidupan, nikmat penglihatan, nikmat pendengaran, nikmat kesehatan, dan sebagianya.

Syukurilah atas semua nikmat itu. Sesungguhnya kita sudah berlimang dengan pemberiannya. Kenapa kehilangan satu nikmat saja, membuat kita merasa sangat sedih?

“ Iya kamu benar. Dari mulai dari kepala sampai ke ujung kaki tak terhitung begitu banyaknya pemberian Allah yang ada pada diri kita. Bukan akau tidak bersyukur, tapi jujur aku gamang saat susah setelah begitu lama berada dalam kemewahan.”

“Kamu harus bangkit, jangan larut dalam masalah.”

“Saat berada dalam kondisi terpuruk  begini apa yang mesti kita lakukan? Aku malu bertemu dengan orang lain. Seolah-olah mereka mengejek penderitaanku.

“Berdiam diri di tempat yang sunyi, kemudian menyesali keadaan terus menerus bukanlah solusi untuk menyelesaikan persoalan. Kenapa kita menghukum diri dengan lari dari masalah?

“Masalah bukan untuk dihindari, namun dengan kejernihan berfikir kita coba mencari benang merahnya. Kemudian secara perlahan kita selesaikan dengan damai.”

Bola mataku terus menyapu alam sekitar, masih tak ada siapa-siapa yang kulihat. Llau dari mana suara tadi? Apakah itu suara batinku?


Hening sesaat. Suara itu tak terdengar lagi. Senja mula datang. Deru angin semakin kencang. Ilalang meliuk-liuk mengikuti irama angin.

Setelah tiga rakaat magrib aku tunaikan dan rangkain do’a dipanjatkan pada Yang Maha Kuasa, kurenungi kembali suara tadi. Memahami makna yang tersirat, dan menyematkannya dalam sanubari.

“Bagaimana perasaanmu sekarang, apakah lebih tenang?” Suara itu datang lagi.

“Yah lumayan, agak lebih baik.”

“Apa lagi yang kamu pikirkan?”

“Saat berada dalam situasi begini, apa yang mesti aku lakukan?”

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk bisa bangkit dari ketidak berdayaan.

1. Dekatkan diri kepada Allah SWT. membaca Al-Qur’an dan berzikir. Adukan semua masalah kita pada-Nya lewat do’a dan sujud di sepertiga malam. Dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan mudah atau ketika sulit kita harus menumpahkan semua permasalahan ke haribaan-Nya. Sebutlah nama-Nya, mohon pertolongan-Nya dan mintalah jalan keluar dari-Nya.

2. Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan banyak melamun dan menggerutu mengutuki nasib. Jangan biarkan ada satu menit pun yang terbuang sia-sia.

3. Kunjungilah sahabat untuk bertukar fikiran. Kalau jiwa kita kosong dan tubuh ini tak bergerak maka kita semakin gundah dan rayuan setan akan semakin kuat menggoda.

4. Tanamkan keyakinan pada diri kita bahwa Allah Swt tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan kita. Kalau masih ada ujian dan cobaan yang datang menghampiri, artinya Allah masih mempercayai kita untuk memikulnya. Kita dianggap masih sanggup untuk menghadapinya.

Seperti firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 286.

“Allah tidak membebani seseorang di luar kemapuannya.”

Sesungguhnya besarnya pahala itu, sesuai dengan besarnya ujian. Dan ketika Allah mencitai seseorang maka Dia mengujinya (Hadist)

5. Selalulah berfikir positif, bahwa ada percikan hikmah di balik cobaan yang datang. Di balik kesusahan tentu akan ada kemudahan. Jangan merasa menjadi orang yang paling malang di dunia, Menutup mata dari banyaknya nikmat yang ada di sekeliling kita.

6. Bersabarlah dengan sabar yang tidak bertepi.

Ujian memang berat. Kadang kita merasa tidak kuat menggenggamnya. Juga tidak tahu apa yang harus dilakukan Perbanyaklah bersabar. Dengan kesabaran kita berusaha berdamai dengan hati. Mengendalikan hati yang bergemuruh oleh hantaman masalah yang bertubi-tubi.

Dengan sabar kita redam jiwa yang bergejolak dan meraung menyentak-nyentak.

Dengan sabar juga kita juga bisa berfikir dengan jernih dan bisa berfikir positif.

7. Melihatlah ke bawah, jangan melulu memandang ke atas. Sesungguhnya masih banyak orang yang lebih menderita, yang tidak mempunyai tempat tinggal. Orang yang terpaksa berpuasa karena tidak ada makanan yang akan dimakan. Bekerja di bawah terik matahari demi sesuap nasi. Mereka tidak mengeluh mengurai peluh. Kenapa kita selalu rusuh?

8. Percayalah bahwa Allah tidak akan mencabut sesuatu dari kita, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik jika kita bersabar dan ridha dengan segala ketetapannya.

“Barangsiapa kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua (mata)nya itu dengan surga.” (Al-Hadits)



“Baiklah sobat, coba renungkan dan amalkan beberapa tips di atas. Aku harap kamu mampu keluar dari keterpurukan ini. Dan menatap dunia kembali dengan pancaran mata yang berbinar.”

Ali bin Abi Thalib mengatakan,

“Semoga jalan keluar terbuka,

semoga kita bisa mengobati jiwa kita dengan do’a.

Janganlah engkau berputus asa

Makala kecemasan menggenggam jiwa menimpa

Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah ketika telah terbentur pada putus asa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...