Minggu, 23 Juni 2019

Hati yang Bening


By : Rieny


Hati ibarat cermin, sedikit saja noktah hitam melekat, cahayanya akan meredup. Bagaimana caranya agar hati kita tetap bersinar?

Hiruk pikuk dunia semakin nyata, setiap insan terus berpacu dan berlomba memenuhi hasrat hidup, menggapai nikmat dan meraih kemewahan.

Tak peduli siang dan malam, pagi dan petang. Bahkan waktu yang 24 jam terasa kurang. Tak henti menguras tenaga, menggadaikan pikiran, mengais dinding harapan dan memecah batu karang yang menghadang.

Sebenarnya apa sih yang dicari?

Kenapa hati masih saja melamun tak bergairah, diselimuti resah dan gelisah?

Tak ada kecerian yang terpancar. Wajah yang kusam walau telah ditutupi bedak berlapis-lapis.

Pandangan mata yang memerah, jauh dari keteduhan.

Duhai hati apa yang terjadi?

Belum cukupkah Rumah bertingkat, mobil mengkikat dan harta yang berlimpah untuk membuatmu bersinar?

Laksana raja yang bermahkota emas, engkau dielu dan dipuja, tetapi kenapa masih saja bermuram durja?

Terus kubujuk hati untuk bersuara, apa sebenarnya beban yang terasa.

Hati masih membisu.

Kurayu terus, agar hati mau berkabar, kenapa masih saja gundah gulana?

Kemana cahayanya yang bening?

Akhirnya hati mengungkap beban di hati....

Hati nan suci adalah senjata paling ampuh untuk meraih kebahagian, menggapai kemenangan dunia dan akhirat.

Usaha yang engkau lakukan sepanjang hari tak ada berkahnya

bila tanpa kebeningan hati. Semuanya hanyalah kesia-siaan.

Saat ulat-ulat kecil menari-nari bergelantungan menghisap lidah pecandu ghibah, maka aku mulai merasa tidak nyaman.

Saat mulutmu yang mungil dipenuhi oleh lendir cemooh yang menggelantung sesak ditenggorokan para pengagum kutukan, cercaan dan hinaan....aku semakin gundah

Kamu sibuk memburu dunia, dan lupa membasahi bibirmu dengan kalimat dzikir.

Kamu tak ada waktu untuk mengalirkan lantunan syahdu ayat-ayat Allah di lisanmu.

Hati bukanlah tuhan, tapi jangan pula terlena dan membiarkan hati menjadi sarang setan.

Dunia memang bukan panggung sandiwara, namun bukan juga surga dengan segala kebadiannya.

Kenapa banyak jiwa yang terpuruk oleh ayunannya?

Hati adalah anugerah. Gunjingan, iri hati, dendam, kedengkian, kebencian dan permusuhan adalah sampah yang mengotori kejernihan hati.

Sapu dan bersihkanlah semua sampah-sampah yang mengendap. Jangan biarkan dia mengeras dan membatu dan semakin kelam.

Kembalikanlah beningnya dengan sentuhan kalam ilahi.

Sucikan lagi hati dengan mendahulukan Cinta kepada yang satu bila cinta kita bertabrakan dengan cinta selainNya.

Hati adalah pusat aktivitas rohani, sebagaimana jantung sebagai pusat aktivitas tubuh. Sebagai center hati harus dijaga karena dia adalah lentera kehidupan.

Adakah yang bisa mengalahkan beningnya suara hati?





Rabu, 19 Juni 2019

TELINGA BERLIAN

By : Arieny

Mengapa Tuhan pun sampai bersumpah demi waktu pagi? Demi fajar! Fakta membuktikan kebiasaan bangun pagi adalah kunci penting keberhasilan orang-orang sukses.

Ayam jantan sudah berkokok sebagai alarm pagi menyambut sang fajar.

Dinginnya pagi masih menusuk menggerogoti tulang. Masih terasa lembabnya udara akibat guyuran rintik semalam  membuatku tetap bertahan sembunyi di singasanaku yang mungil ini.

Ting tong
Ting tong
Ting tong

Jam dinding juga sudah berdentang denting sepagi ini.

"Bangunlah duhai jiwa yang masih terlelap!"

Kututup telingaku dengan bantal guling, agar tidak mendengar lagi kegaduhan dari dinding kamar itu. Nyamannya pantai indah kapuk membuat aku malas untuk beranjak.

Ting tong
Ting tong
Ting tong

Jam dinding berkata lagi dengan suara agak keras,"Tiap menit itu berharga, bangkitlah dari peraduanmu!"

Gulingpun mengeliat kaget oleh suara tegas dari jam dinding dan menukik indah di lantai.

Akupun mulai berancang-ancang untuk bangkit dan meninggalkan zona nyamanku.

Eiiitttt....

Layar badai menahan tanganku.

"Tetaplah di sini bersamaku, akan aku bawa kamu terbang ke awan dan bercengkrama dengan langit biru. Setelah itu kita berlayar ke pulau impian dan berjumpa dengan pangeran idaman."

Aku kembali terlena, termakan oleh bujuk rayu layar lembut berbunga mawar yang menyelimuti tubuhku.

Baru saja mau berlayar, terdengar getaran lembut yang mengusik. Langit-langit kamar ikut mengguncang tubuhku seraya  berbisik, " Berhentilah berlayar dan berlabuhlah!"

Kalender juga ikut bersuara,"Segera lakukan, jangan tunda nanti keburu gelap kembali menjemput malam."

Kemoceng dari benang wol yang sedari tadi diam, mulai ikut menggelitik kakiku.

"Baiklah sahabat, aku nyerah, aku bangun dan akan bercengkrama dengan kamu semuanya."

Dengan sigap aku gulung layar dan menambatkan perahu di tepian. "Istirahatlah di sini, saat senja datang aku akan menemuimu lagi."

Kubuka jendela, udara sejuk menyapa lembut berhamburan menghampiriku.

Aku berkemas untuk menyambut indahnya pagi ini.

Bukalah pintu ini lebar-lebar dan tataplah duniamu, jelajahi alam kemudian temukan di mana berlianmu", Pintu depan bersorak.

Aku melangkahkan kaki untuk memulai mendobrak masa depanku.

"Tunggu dulu, Sudahkah kamu bersujud dan bersyukur?",lantai berbisik lirih.
"Bersyukurlah atas nafas yang masih kamu miliki pagi ini, atas semua nikmat yang kamu rasakan sepanjang hari!"

"Aku tersipu malu, indahnya dunia membuat aku lupa bersyukur terhadap yang memberi keindahan tersebut.

Setelah kutunaikan kewajibanku pada yang satu aku mulai beranjak lagi mencari berlian.

Lagi-lagi langkahku tertahan, aku dicegat oleh cermin.
Cermin berkata,"Berkacalah dulu, sudahkah kamu bawa wajah terbaikmu nan berseri? Sudahkah kamu pasang senyum termanismu? perbaiki wajahmu, kulihat masih ada kegalauan  di sana, ayuuk...pancarkan pesonamu, tunjukkan keelokan rupamu!"

Dengan Bismillah aku mulai melangkah dengan optimis dan penuh keyakinan.

Tralalala...
Trililili....

Kusongsong pagiku dengan ceria.
Akan kutakhlukkan hari ini demi sebongkah berlian yang masih tersimpan.

Kusapa mentari pagi, yang tersenyum memandangiku.

Ku belai dengan lembut dedaunan yang mengiringi langkahku.

Aku bahagia....pagiku begitu semarak dan membuat hati berbunga.

Aku beruntung memiliki telinga yang brilian, yang peka menangkap suara alam.

merdunya kokok ayam jantan, dentingan jam dinding, getaran lembut dinding kamar, lembutnya bisikan lantai dan semua suara indah dari nyanyian sahabat-sahabat yang ada dikamarku telah menuntunku dan membangkitkan motivasiku untuk bergegas menggapai mimpi.

Telingaku memang brilian mampu menyaring bisikan yang mendorong atau yang akan menjatuhkan.

Tidak semua suara yang kamu dengar mesti dituruti. Jelilah memilih dan memilah agar kamu tidak terperosok oleh suara yang menghanyutkan.

Semangat pagi sahabat.
Semoga pagimu juga ceria, seceria hatiku yang berbunga-bunga menyambut sang fajar.

Thaipeh, 20 Juni 2019

Jumat, 14 Juni 2019

Cendra Mata buat Ramadhan

Penyesalan memang datangnya terlambat, apa gunanya ditangisi?

Pyarr...!!!
Suara kaleng yang jatuh mengangetkanku. Membuat aku terjaga dari tidurku yang lelap. Aku tersentak dan memandangi sekeliling kamarku yang berwarna putih dengan mata yang masih berat menahan kantuk yang masih tesisa.

Aku masih saja terpana dan belum beranjak dari peraduan, terduduk dengan pikiran yang menerawang. Berputar-putar berselancar mengelilingi dunia imajinasi, namun tak tahu apa yang kutuju. Aku seperti orang linglung yang kehilangan kecerdasan berfikir.

Mataku terus menyapu isi kamar, namun sosok yang kucari tak juga ditemukan. Aku buka lemari dan membongkar seluruh isinya. Sosok itu tidak ada juga. Kualihkan mata ke bawah tempat tidur dan menyigi satu persatu benda-benda yang ada di bawahnya. Masih nihil, tak ada siapa-siapa di sana.

Bergegas kuraih tas tangan merah maron yang sering menemaniku berpergian dan membongkar dompet kulitku yang berwarna coklat muda...hahhh masih sia-sia....tidak kutemukan apa-apa.

Hatiku hampa dan semakin bergemuruh, gejolak dadaku kian membuncah...menyentak-nyentak tak bisa kuredam.

“Kenapa aku tidak melihatnya lagi?”

“Kemana perginya Ramadhan?” tanyaku pada mata, tapi mata hanya membisu.

Kutanyakan pada telinga, mana tau dia mendengar langkah kaki Ramadhan menuju kemana. Namun aku tidak mendapatkan jawaban. Telinga menggeleng tidak tahu apa-apa.

Kutanya pada kedua tangan ini, pada tubuh yang lemah ini, pada kedua kaki, pada rambut yang mulai memutih....tetapi semua diam terpaku.

”Kemana Ramadhanku?”, teriakku lebih keras, mengejutkan pajangan yang tersusun rapi di dinding kamarku yang mungil.

Lalu, dengan penuh harap aku tanya pada hati, “Duhai hati, apakah kamu melihat Ramadhan?”, Hati menatapku dengan penuh kelembutan dan berusaha menenangkanku yang sedang galau karena sangat kehilangan.

“Ramadhan sudah berlalu, dia sudah pergi dan meninggalkan kita”, jawab hati berbisik lirih.

“Kamu sedang tertidur lelap saat dia pergi, barangkali kamu sedang asyik bercengkrama dengan impianmu. Indahnya warna-warni kehidupan telah membuat kamu lengah. Kamu terlalu asyik dan menikmati duniamu, dan kamu mengabaikan hadirnya Ramadhan di sampingmu. Dia kecewa dan sangat bersedih melihat sikapmu yang tidak peduli”, hati menguraikan lebih lanjut

“Hahhh....apa? Ramadhan sudah pergi?”

“Kenapa dia begitu cepat pergi meninggalkanku?. Belum banyak yang bisa aku perbuat untuk menyemarakkan hatinya”. Gumamku tertahan.

“Kenapa aku bisa ketiduran?”, Aku terduduk lemas dengan penyesalan yang amat dalam.
“Aku belum sempat memberikan cendra mata terindah buatnya”. Suaraku semakin lirih bergumam.
Dadaku terasa sesak. Mataku berkaca-kaca, tanpa terasa bulir-bulir yang jatuh telah menganaksungai menggenangi kedua pipiku.

Hingga aku tersungkur di depan sajadah. Dengan deraian air mata yang membanjiri sajadah, aku bersujud memohon ampun kepada Allah SWT, atas semua kelalaian yang meninabobokkan serta semua salah dan khilaf yang sering meggelitik nurani. Aku salah, aku terlena dibuai oleh kenyamanan sesaat.

AKU TERSENTAK....!!!!

Ternyata aku telah kehilangan Ramadhan.
Aku sangat menyesal, kenapa membiarkan Ramadhan berlalu tanpa arti?

Thaipeh, Syawal 1440 H



Kamis, 13 Juni 2019

The Best Affirmation

By Rieny
Gerimis baru saja menyapa senja. Aku duduk sendiri di pojok taman padepokan JeWe menikmati hembusan semilir angin yang bertiup sambil meyeruput Cappucino rasa moca dan melahap sepotong singkong rebus. Hmm...kolaborasi yang sangat nikmat untuk disantap di senja yang sejuk ini.

Belum tuntas melahap satu gigitan singkong rebus, terdengar suara Coach El menggelegar menyapa semua gen JeWe yang lagi asyik membahas tentang Kopdar yang akan digelar di Solo akhir bulan ini.

Aku pasang kedua kuping dan fokus mendengarkan petuah Coach. Dedaunan yang dari tadi melambai-lambai ke kiri dan ke kanan terhenti sejenak dengan aksinya, seolah ikut terkesima dengan suara Coach yang tegas namun berisi.

“Wahhhh....mantap, ada Coach di kelas, bakal ada ilmu baru nih”, Gumamku dalam hati seraya menyeret kaki melangkah ke arah sumber suara. Kupu-kupu cantik yang sedari tadi bertengger di bagian belakang hijabku yang bermotif bunga mawar juga terus mendorongku masuk ke ruangan kelas. Ternyata ada kuliah gratis senja ini. Coach bermurah hati berbagi ilmu dengan para gen JeWe Nasional.

Tok tok tok....

Kuketuk pintu kelas dengan pelan, takut mengangetkan dan mengganggu kelas yang lagi seru-serunya.

Assalamualaikum, maaf Coach saya telat....

“ Waalaikumslam. Iya, ngga apa-apa, silahkan masuk”, Jawab Coach dengan ramahnya

Bola mataku yang bulat mutar-mutar mencari kursi kosong, alhamdulillah masih ada satu tempat yang tersedia di pojok kelas paling belakang. Tak apalah gumamku, berdiripun aku rela serela-relanya demi mendenngarkan materi dari Coach yang cetaarr membahana. Sayang sekali kalau kesempatan seperti ini dilewatkan begitu saja.

“Sahabatku sekalian, kelas ini sangatt rame, saya suka.Saya ucapkan terima kasih atas antusiasnya”, Suara Coach El terdengar jelas sampai ke belakang.

“Saya salut atas eksplorasinya, maka dengan senang hati, saya akan share tentang the best affirmation. Apakah semua siap untuk mendengarkan?”

“Mau banget coach...!”, Kelas bersorak riuh. Senang banget dapat ilmu baru dari Coach El.

“Yuk relaks dan baca Alfatihah dengan ikhlas”, Coah menjak semua gen JeWe berdo’a dulu.

Semua khusuk berdo’a. Agar ilmu yanng ditransfer nempel di otak dan merasuk ke dalam jiwa.

“Begini sahabat”.
“Menulis itu tidak sekedar merangkai kata dan menganyam kalimat. Lebih dari itu, menulis adalah pengungkapan mental, mindset dan visi. Mental yang lemah akan cenderung melahirkan tulisan yang lemah juga secara konten”.

“Mindset yang kurang tetap dan tidak kokoh cenderung melahirkan tulisan yang lebay, ngoyoworo dan kurang motivasional”.

“Sedangkan visi yang kurang tajam cenderung melahirkan tulisan yang greget dan kurang visoner”.

“Ada pertanyaan?”

Mba titin langsung anngkat tangan dan bertanya, “Bagaimana cara melahirkan visi yang tajam dalam tulisan coach?”

“Perjelas dulu visimu tentang menulis dan tulisan”

“Coach pernah bilang harus kokoh tajam dalam penulisan tidak lemah seperti buk Tunjungsari... Lalu Apakah selalu yang berbau majas itu lebay?... Aku masih kurang paham”. Bunda Tan ikut bertanya.

“Majas itu kecerdasan kreatif. bagus jika timing dan jumlahnya tepat, kalo kelebihan ya lebay.....”

Kelas hening, semua terpaku mendengar penjelasan Coach.

Affirmasi adalah salah satu cara mudah membangun mental, mindset serta visi. Affirmasi adalah sugesti diri.

Aku harus menjadi penulis sukses. Ini contoh afirmasi yg kurang bagus

“Kenapa kurang bagus coach?”, tanya Dek Nurma

Bedakan dengan ini. “Aku rela menjadi penulis yang sukses”.

Oh iya, karena ada kata harusnya ya Coach, jadi kesannya ada unsur keterpakasaan”.

“Cerdaaas.... kata harus dan pasti cenderung membuat otakmu kurang nyaman”.

Aku harus sukses

Aku rela jadi orang sukses

Kamu bisa merasakan mana yang lebih nyaman?

Affirmasimu akan powerfull dan bekerja jika
1. Simple dan atau mudah dicerna
2. Nyaman dihati
3. Harapan yg tinggi
4. Melibatkan Tuhan

“Bagaimana affirmasi yang powerfull hubungannya dg selftalk coach?”

Urutannya begini dalam beraffirmasi.
1. Afirmasi
2. Aformasi
3. Selftalk
4. Servo

• Affirmasi yg diucapkan berulang ulang secara rutin akan tercatat lekat dalam memory jangka panjang.

• Setelah dicatat lekat dan anda masih rutin melakukan affirmasi maka di akan mempunyai jaringan tersendiri dalam otak

• Kalo sudah seperti ini, maka, lebih mudah terwujud dan otomatis meningkatkan pede, mental dan mindset.

• Affirmasi dan afformasi yg dilakukan dg rutin serta disiplin akan mempengaruhi selftalk.

• Selftalk adalah bisikan batinmu yg setiap hari mengarahkanmu utk mengambil sikap dan tindakan

Luar biasa materi senja ini, membuat semua gen JeWe semakin terpacu dan termotivasi untuk terus menulis. Rona wajah kian berseri, ada harapan yang tersembul untuk menjadi penulis yang dirindukan. Makasih banyak Coach....
.
Aku rela serela relanya, setiap hari aku makin bahagia dan tulisanku makin lezat memesona serta menjadi sedekah atas ijin Allah. Aamiin.

Bill gate setiap pagi mengucapkan affirmasi dg khidmat walau sudah trilyuner. Bagaimana dengan kita?


Senin, 03 Juni 2019

GELANG MENENDANG LAPTOP

Ketika hati terabaikan, bagaimana caranya membasuh luka?

Malam semakin legam, hawa dingin semakin menusuk dan menjalar ke pori-pori.

Krincing...
Krincing...
Krincing...

Kudengar suara gemerincing gelang manik kristal berwarna putih yang duduk bersimpuh di pojok ruang kamar suara lirihnya  menyapaku dengan manja. 

"Sudah malam upik, istirahatlah!"

"Ia bentar dikit lagi, ada tugas dari Coach yang mesti kuselesaikan malam ini," Jawabku sambil terus mengetik  tanpa menoleh ke gelang manik.

Suara gemerincingnya seolah memberiku isyarat untuk berhenti memainkan keyboard laptop. Dari tadi aku tidak beranjak dari depan laptop. Ditemani tembang She's Gone dari Steelheart membuatku betah berlama-lama menekan tuts-tups keyboard merangkai kata demi kata menumpahkan suara hati.

Yach....selarut ini aku masih bercengkrama dengan benda empat persegi 16 inch berwarna silver yang selalu setia menemaniku, di saat suka maupun duka. Padanya kutumpuhkan semua keresahan yang sering berkecamuk dan kegalauan yang mengusik. Untuk sekedar menghibur diri dan melepaskan sedikit beban yang mengobrak-abrik keceriaan.

Krincing...
Krincing...
Krincing...

Gelang manik kembali menyapaku, namun suaranya semakin lirih, nyaris tidak tetdengar.

"Ayolah Upik, berhentilah meliuk- meliukan jemarimu, nanti kamu sakit."

Aku berhenti sejenak dari aktifitasku dan beranjak mendekati gelang manik yang sudah terduduk lesu. Dia menatapku dengan cemberut. Matanya tajam seperti mau melahapku.

"Ia, bentar lagi aku istirahat, kamu duluan ya."
"Maafkan aku ya, belakangan ini, aku jarang bermain denganmu, "kataku seraya mengelus gelang manik dengan kasih sayang.

"Iya.....!"
"Kamu mengabaikan aku, kamu lebih mempedulikan benda persegi itu dibanding aku..."Jawab gelang manik sedikit keras seraya memandang laptop dengan tatapan sinis.

"Kamu selalu bersama dia, tak peduli lagi padaku."

"Aku tak pernah lagi di ajak jalan-jalan."

"Aku juga tak pernah lagi melingkari tangan mungilmu dan menemanimu ke pesta."

Gelang manik terus nyerocos seperti kran air yang dibuka sumbatnya. Bobol dan tak bisa disumpal.

Aku merasa ditampar dengan lontaran katanya.

Apakah benar aku sekejam itu pada gelang manik pemberian sahabatku itu?

Benarkah aku mengabaikannya?

Belakangan ini aku sedikit sibuk dengan tugas-tugas kantor dan ditambah lagi dengan pekerjaan rumah yang diberikan coach. Jadi memang lebih banyak bersenda gurau dengan laptop.

Supaya lebih fokus dan enak bekerja, aku membuka gelang manikku dan menaruhnya di rak buku. 

Ternyata hal itu membuat sedih gelang manik dan membuatnya marah pada laptop yang banyak menyita waktuku.

"Ini hanya masalah waktu saja kataku, bersabarlah, jangan cemberut gitu, sebentar lagi mau lebaran, wajah cantikmu akan kembali melingkar manis di pergelangan tanganku.

"Kamu janji?" Wajah gelang manik mulai berubah. Wajah yang tadi kuyu dan lemas kembali berseri.

"Iya, aku janji tidak akan mengabaikan kamu lagi, "Jawabku dengan lembut.

"Sekarang tidurlah, pejamkan mata,  dan tersenyumlah dalam impian."

Gelang manikpun tersenyum dan membisikkan selamat malam pada laptop  yang sedari tafi terpaku mendengar ocehan gelang manik.

Tiada kebahagian yang terindah selain membuat orang-orang di sekitar kita berbahagia. Kebahagian mana lagi yang kita cari?

#Thaipeh, 2 Juni 2019



Minggu, 02 Juni 2019

Menggapai Berlian

SELANGKAH SAJA pantang bagiku untuk surut. 

"Sekali layar terkembang, pantang surut kebelakang"

Kata yang sudah terucap tak bisa ditarik lagi (pesan wa kali ya bisa ditariiik...). Air ludah yang sudah dibuang tak mungkin dijilat lagi...hiii....

Tekadku sudah bulat dan hatiku sudah mantap untuk mengepakkan sayap di padepokan ini. 

Ingin mempelajari lebih dalam lagi jurus-jurus sakti yang kugunakan untuk menaklukan kata.

Aku ingin menjadi pemenang. 

Sekurang-kurangnya jadi pemenang bagi diri sendiri, yang berhasil mengalahkan rasa malas yang sering bergelayut manja. Melemparkan semua beban yang berkecamuk. Mengikis habis ketidak percayaan pada diri sendiri. Kugulung semuanya, kulibas habis dan kubuang kelaut...

wusshhh...

pergilah jauh-jauh dan jangan berani kembali lagi. 

Sedikit saja mendekat, jurus saktiku akan membuatmu hancur berkeping-keping dan menjadi butiran debu...
Ingat jangan balik lagi..!

WALAU KAKIKU terus ditarik-tarik keluar oleh  kurcaci kecil yang manis  yang suka mengintip lewat jendela padepokan, aku tetap bertahan. Aku genggam semangatku dan kudekap erat impianku.

TAKKAN kubiarkan seekor lalatpun  mematahkan sayapku, apa lagi mematikan hasrat hati yang ingin melalang buana. 

Selangkah saja mendekat jemariku yang meliuk-meliuk langsung mengulurkan salam perkenalan sekaligus salam perpisahan untukmu

Plok
Plok
Plok

Selamat jalan buatmu. Deritamu karena telah berani mengusik sayapku yang ingin terbang di langit biru.
Maafkan daku ya....

Sayap indah ini membawaku mengembara. Terbang ke angkasa, menari-nari, meliuk-liuk mengiringi irama awan yang berarak.  

Aku bercengkarama dengan bintang gemintang yang memancarkan sinarnya menerangi tubuhku yang gelap.

Rembulan tersenyum memandangiku dan mengajakku berdansa mengitari istana di atas awan. 
Sungguh indahnya tiada tara. Kunikmati setiap sudut sensasinya tanpa ada secuilpun terlewatkan. 

Berselancar di atas awan membuatku lupa pulang, HINGGA rembulan berbisik mengingatkanku untuk kembali. Sebelum pulang aku diberi hadiah sebutir berlian oleh raja awan. Aku melompat - lompat, bersorak kegirangan dan berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Raja Awan.

Kerlap kerlip cahaya bintang menerangi  sayapku yang mulai mengepak dan turun ke bumi.

Tiba-tiba seekor elang hitam yang sangat besar menyambar berlian yang ada dalam genggamanku. 

Seeerrr....
Berlian terlepas, aku kaget....sambil berteriak aku bergegas mengejar elang yang sudah terbang tinggi dan menghilang di balik awan.

Aku lelah mengejar, lemas dan akhirnya terjatuh.

Brukkk
Bumm

Tau-tau aku sudah berada di bawah tempat tidur, dan berlianku masih disembunyikan Coach, tersimpan di dalam peti yang terkunci.

Kata Coach, aku bisa mendapatkan berlian itu dengan syarat mesti bisa membuka kunci itu dengan jurus-jurus sakti yang ditularkan oleh Coach.

Aku tabah dan sabar mempelajari jurusnya satu persatu
HINGGA bisa kubuka kunci peti itu. Dan kuraih berlianku. 

Perlahan namun pasti  aroma kebahagian mulai tercium. Semerbak dan mewangi membalut raga.

Kurasakan virusnya semakin menyebar dan terus menyebar mengalir ke seluruh tubuhku, menyelusup indah melalui pori- pori keceriaan.
Virus bahagia itu telah merasuk dalam jiwa,

Aku ikhlas dan pasrahkan hati di sini walaupun terjewer-jewer. 

#PolaHipnotik
#JW47
#MenulisItuSedekah
#MenebarVirusBahagia
#PadepokanJW

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...