Rabu, 13 September 2023

Berubah

By. Rieny

Untuk berubah perlu aksi, Tanpa aksi semua akan jalan di tempat. sanggupkah kamu berubah atau tetap setia pada keadaan?
Hidup itu dinamis sobat, penuh liku dan banyak percikan warna. Apakah kamu akan bertahan pada satu warna saja?
Tentu tidak bukan....
Banyak pilihan warna di depan mata, mengapa tidak engkau pungut satu persatu dan digunakan untuk menyulam harimu agar terasa indah dan semarak?
Ayo bergeraklah...masih panjang waktumu. Masih banyak ruang yang terbentang untuk memulai sesuatu yang baru.
Lakukanlah suatu perubahan!!!
Bukan satria baja hitam saja yang bisa berubah. Kita semua bisa kalau kita mau.
Siapkah kamu untuk berubah?
Mulailah sekarang, jangan tunggu nanti. Runtuhkan mental block yang selama ini membelengu. Ganti topimu sesuai keadaan dan suasana.
Berpeganglah dengan erat. Kokohkan hatimu. Jika engkau ngga yakin bagaimana bisa merubah keadaan?
"Jika engkau sudah siap untuk berselancar, mengganti kulit dan merubah isi, silahkan jawab dulu pertanyaan berikut."
"Ok, baiklah aku akan jawab semampuku."
Apa warna perubahanmu?
Warna perubahanku oranye. Cerah dan penuh kharisma. Smoga perubahan yang aku lakukan nanti bisa mempesona siapa saja.
Mengapa Allah memberi anda kemampuan untuk berubah?
Supaya kita bisa melakukan suatu perobahan. Mendobrak kebuntuan, memangkas ketidakberdayaan serta bangkit dari keterpurukan. Dengan kempuan yang diberikan oleh Allah juga kita bisa berfikir kreatif dan inovatif, tidak hanya terpaku pada yang sudah ada tapi bisa menciptakan sesuatu yang baru, unik dan memberi manfaat buat orang banyak.
Bagaimana caramu berubah?
Dengan cara terus mengevaluasi diri. Memperbaiki segala kekurangan. Tak henti belajar untuk menambah wawasan. Memperkuat mindset dan mental. Menggali terus ide-ide kreatif dan inovatif. Bukan hanya sekedar ide saja namun mau untuk menerapkan ide tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
"Yess...aku tunggu ide kreatifmu sobat. Keluarkan potensimu, eksplor kemampuanmu. Jadilah orang yang bermanfaat buat orang lain.
"Ok..smoga aku bisa mewujudkannya."
"Aku yakin kamu bisa, yakinlah itu, jika kamu mau untuk memulainya."
"Ashiaaap...aku akan coba."
"Mantaap...aku suka sama semangatmu."
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain.



Lara



By. Rien


Pyarr….!
Pyarr….!
Pyarr….!


Gelas yang ada ditanganku jatuh dan pecah berderai di lantai. Bagaikan disambar petir di siang hari, aku kaget setengah mati mendapatkan tamparan yang sangat keras ini.


Pipiku langsung memerah, terbakar membara dan terasa sangat panas. Semakin panas karena bercampur oleh cairan yang mengalir deras oleh luapan netraku yang jebol tak terbendung. Kurasakan kesedihan yang amat dalam, dada ini begitu sesak menahan beban yang kuat menghantam.


Seluruh persendianku terasa mau rontok, tenagaku lenyap. Tubuhku tak berdaya. Apa yang aku takutkan ternyata terjadi juga. Nyanyian kata itu mampu membuatnya berubah menjadi macan yang siap menerkam dan sukses memporak porandakan kepercayaan yang pernah ada.

Lembaran-lembaran kepercayaan yang telah lama kita rajut, seketika benangnnya putus satu persatu. Untaiannya menjadi kusut, berserakan dan terburai kemana-mana.

“Siapa dia?” tanyamu seraya menatapku dengan pandangan yang tajam. Matamu memerah semerah cabe tetangga sebelah yang baru saja di panen pagi ini.

Aku hanya bisa terdiam, tak berkutik dan tak berani memandang rupamu yang semakin mengganas.

“Helena…jawaaab….kamu tidak bisukan?” suaramu semakin menggelegar menggetarkan semua perabot yang ada di ruangan tamu. Aku semakin berinsut dan tersandar di pojok ruangan . Tubuhku gemetar dan semakin takut oleh terkaman kata-katamu yang tak terkendali.

Plak…..

Tamparan itu mendarat lagi di pipiku yang sudah terbakar oleh panasnya lontaran amarah dan cacianmu yang terus menghujaniku. Aku tak mampu berkata dan membela diri. Nyaliku terkalahkan oleh beringasnya hasutan setan yang bersarang dengan congkaknya di jiwamu yang kusut.

“Dasar perempuan tak tahu diri, pergilah dari hadapanku !” umpatan itu terus saja dan menusuk tajam.

Aku hanya bisa menjerit tak bersuara, dan dengan isak yang tertahan. Teriakanku yang keras bisa membuatnya semakin garang membabi buta. Kutahan perih yang bertahta di atas lukaku yang semakin menganga.

Empat baris pesan singkat itu adalah awal petaka. Petaka yang yang menguntai lara. Lara dan air mata.

Rabu, 06 September 2023

Tangis Satu Milyar

By_Rien

Air mata yang mengalir bisa bermuara pada telaga bahagia, tinggalkan duka dan nestapa. Tak percaya? Coba saja…..!
Di sini, di tempat yang jauh dari kesunyian aku merenung sendiri. Mendengarkan suara hati dan Berbicara dengan jiwa. Begitu banyak beban yang menghimpit, membuat sesak ruang dada. Masihkah ada celah untuk mengecap bahagia?
“Ada apa, kenapa dikau bersedih?”
Aku tengadahkan kepala, melirik kiri dan kanan tak ada siapa-siapa. Hanya dedaunan hijau yang tumbuh dengan rimbun, lalu dari mana datangnya suara itu?”
“Aku tak apa-apa.”
“Lalu kenapa dikau melamun dari tadi? maukah dikau berbagi cerita denganku?”
“Hmm…baiklah.”
“Silahkan ceritakan apa masalahmu.”
“Aku kesandung lagi, jeratan masalah kembali datang melilit. Aku kalah,.”
“Hei…jangan begitu! tak boleh berputus asa.”
“Ia sobat, aku ngga kuat, aku lelah…”
Hembusan angin terasa sangat kencang berhembus, udara dingin begitu kuat mencekam setiap sudut persendian.
Kupagut gigilku dari gerimis halus yang jatuh satu persatu. Aku masih bersimpuh di bawah pohon rindang ini. Menumpahkan segala gundah dan berbagi resah dengan ilalang yang tumbuh liar.
“Begini ya sobatku….hidup Ini bagaikan perputaran bumi, rasa bahagia dan sedih sering datang menghampiri. Mengusik silih berganti , mengaduk-aduk emosi, air mata pun bersaksi atas semua kejadian pada diri. Itu semua sudah menjadi takdir ilahi, untuk apa disesali?”
“Aku tidak menyesalinya, tapi aku merasa panik kalau terus menerus dihujani oleh lembaran-lembaran masalah.”
“iapa pun tidak akan luput dari terjangan masalah. Persoalan bisa datang menghantam siapa saja. Tidak peduli keci atau tua. Kaya atau miskin , orang berilmu atau tidak. Semuanya disapu oleh tiupan problematika kehidupan. Sabar dan ikhlas adalah kunci untuk menghadapinya.”
“Iya, aku setuju.”
“Jenis masalah tentu tidaklah sama pada setiap kita. Mulai dari masalah sepele yang bikin kening mengerinyit hingga masalah super besar yang menghamburkan air mata.”
“Air mata?”
“Ia, airmata. Banyak hal yang bisa membuat netra mengeluarkan air mata. Kadang tumpah dari luka yang menganga, bisa juga dari rasa suka cita. “
“Pernahkah dikau menangis.”
“Ia, sering.”
Kemudian desiran angin kembali berkelebat kencang. Rajawali muncul dengan gagahnya. Mata bulatnya menyapu satu persatu insan penikmat kata. Munculkan pesona yang ada. Dengan kepakan sayap yang perkasa dia datang mengurai tangis, kemudian menyapa dengan ramah.
“Apa warna tangismu.” Terdengar suara lirih berbisik.
Warna tangisku bening seperti percikan embun pagi. Aku tengadahkan kepala seraya menjawab pertanyaannya.
“Mengapa Allah memberikan kemampuan padamu utk menangis?”
“Agar kita bisa menumpahkan sesak di dada. Membuang rasa sakit lewat butiran air mata. Rintik yang berhamburan bisa meringankan beban di hati.
“Bagaimana caramu menjual tangis?”
“Dengan menggali potensi yang ada pada diriku. Mengoptimalkan semua kemampuan agar tangis yang berderai bisa berganti dengan bongkahan berlian.”
“Berapa harga tangismu?”
“ku jual tangisku satu milyar. Buliran bening yang menggenangi pipi memotivasi untuk berusaha lebih giat menggapai mimpi. Walau jatuh aku akan bangkit lagi bersama semangat air mata menghadapi segala rintangan.”
“Serpihan tangis yang berurai akan membawaku pada sebuah prestasi yang bisa mengganti kerikil-kerikil kecil menjadi permata yang bernilai tinggi.”
“Sejujurnya, apa saja yang bisa membuatmu menangis?”
“Air mata sering jatuh tak diundang. Banyak penyebab dia berhamburan begitu saja. Kejadian yang menyentuh bisa membuat hati sedih dan menangis. Kejutan yang mengharu biru kadang rintik juga bergulir lembut. Rasa suka dan duka bergantian bercengkrama dengan air mata.”
“pan kau bener bener bersyukur atas kemampuanmu menangis?”
“Setelah kutumpahkan semua gundah dan resah yang mengusik, timbullah perasaan nyaman seakan lepas dari suatu beban. Maka aku sangat bersyukur diberi kemampuan menangis karena dengan itu aku bisa terlepas dari sesak yang menghimpit.”
“Lalu apa yg ingin kau katakan pada airmatamu?”
“Air mata....engkaulah saksi atas semua rasa gelisah dan bahagia yang menyapa. Rintikmu setia menemaniku dikala suka dan duka. Semoga setiap bulir yang jatuh bisa mengobati sesak di dada. Jangan beranjak dariku, aku butuh cairan beningmu untuk membasuh luka.”
Tangisku bagaikan jebolan air yang lepas dari kanalnya, berhamburan tak bisa ditahan sehingga tumpah ruah membasahi pipi.
“Tangis adalah karunia, karena bisa jadi tulisan. Setiap bulirnya mampu merangkai kata”
Menagislah, kemudian ubah setiap bulir air matamu menjadi butiran berlian yang ditawar satu milyar. Bangkitlah dari keterpurukan!











Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...