Jumat, 14 Juni 2019

Cendra Mata buat Ramadhan

Penyesalan memang datangnya terlambat, apa gunanya ditangisi?

Pyarr...!!!
Suara kaleng yang jatuh mengangetkanku. Membuat aku terjaga dari tidurku yang lelap. Aku tersentak dan memandangi sekeliling kamarku yang berwarna putih dengan mata yang masih berat menahan kantuk yang masih tesisa.

Aku masih saja terpana dan belum beranjak dari peraduan, terduduk dengan pikiran yang menerawang. Berputar-putar berselancar mengelilingi dunia imajinasi, namun tak tahu apa yang kutuju. Aku seperti orang linglung yang kehilangan kecerdasan berfikir.

Mataku terus menyapu isi kamar, namun sosok yang kucari tak juga ditemukan. Aku buka lemari dan membongkar seluruh isinya. Sosok itu tidak ada juga. Kualihkan mata ke bawah tempat tidur dan menyigi satu persatu benda-benda yang ada di bawahnya. Masih nihil, tak ada siapa-siapa di sana.

Bergegas kuraih tas tangan merah maron yang sering menemaniku berpergian dan membongkar dompet kulitku yang berwarna coklat muda...hahhh masih sia-sia....tidak kutemukan apa-apa.

Hatiku hampa dan semakin bergemuruh, gejolak dadaku kian membuncah...menyentak-nyentak tak bisa kuredam.

“Kenapa aku tidak melihatnya lagi?”

“Kemana perginya Ramadhan?” tanyaku pada mata, tapi mata hanya membisu.

Kutanyakan pada telinga, mana tau dia mendengar langkah kaki Ramadhan menuju kemana. Namun aku tidak mendapatkan jawaban. Telinga menggeleng tidak tahu apa-apa.

Kutanya pada kedua tangan ini, pada tubuh yang lemah ini, pada kedua kaki, pada rambut yang mulai memutih....tetapi semua diam terpaku.

”Kemana Ramadhanku?”, teriakku lebih keras, mengejutkan pajangan yang tersusun rapi di dinding kamarku yang mungil.

Lalu, dengan penuh harap aku tanya pada hati, “Duhai hati, apakah kamu melihat Ramadhan?”, Hati menatapku dengan penuh kelembutan dan berusaha menenangkanku yang sedang galau karena sangat kehilangan.

“Ramadhan sudah berlalu, dia sudah pergi dan meninggalkan kita”, jawab hati berbisik lirih.

“Kamu sedang tertidur lelap saat dia pergi, barangkali kamu sedang asyik bercengkrama dengan impianmu. Indahnya warna-warni kehidupan telah membuat kamu lengah. Kamu terlalu asyik dan menikmati duniamu, dan kamu mengabaikan hadirnya Ramadhan di sampingmu. Dia kecewa dan sangat bersedih melihat sikapmu yang tidak peduli”, hati menguraikan lebih lanjut

“Hahhh....apa? Ramadhan sudah pergi?”

“Kenapa dia begitu cepat pergi meninggalkanku?. Belum banyak yang bisa aku perbuat untuk menyemarakkan hatinya”. Gumamku tertahan.

“Kenapa aku bisa ketiduran?”, Aku terduduk lemas dengan penyesalan yang amat dalam.
“Aku belum sempat memberikan cendra mata terindah buatnya”. Suaraku semakin lirih bergumam.
Dadaku terasa sesak. Mataku berkaca-kaca, tanpa terasa bulir-bulir yang jatuh telah menganaksungai menggenangi kedua pipiku.

Hingga aku tersungkur di depan sajadah. Dengan deraian air mata yang membanjiri sajadah, aku bersujud memohon ampun kepada Allah SWT, atas semua kelalaian yang meninabobokkan serta semua salah dan khilaf yang sering meggelitik nurani. Aku salah, aku terlena dibuai oleh kenyamanan sesaat.

AKU TERSENTAK....!!!!

Ternyata aku telah kehilangan Ramadhan.
Aku sangat menyesal, kenapa membiarkan Ramadhan berlalu tanpa arti?

Thaipeh, Syawal 1440 H



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...