Senin, 03 Juni 2019

GELANG MENENDANG LAPTOP

Ketika hati terabaikan, bagaimana caranya membasuh luka?

Malam semakin legam, hawa dingin semakin menusuk dan menjalar ke pori-pori.

Krincing...
Krincing...
Krincing...

Kudengar suara gemerincing gelang manik kristal berwarna putih yang duduk bersimpuh di pojok ruang kamar suara lirihnya  menyapaku dengan manja. 

"Sudah malam upik, istirahatlah!"

"Ia bentar dikit lagi, ada tugas dari Coach yang mesti kuselesaikan malam ini," Jawabku sambil terus mengetik  tanpa menoleh ke gelang manik.

Suara gemerincingnya seolah memberiku isyarat untuk berhenti memainkan keyboard laptop. Dari tadi aku tidak beranjak dari depan laptop. Ditemani tembang She's Gone dari Steelheart membuatku betah berlama-lama menekan tuts-tups keyboard merangkai kata demi kata menumpahkan suara hati.

Yach....selarut ini aku masih bercengkrama dengan benda empat persegi 16 inch berwarna silver yang selalu setia menemaniku, di saat suka maupun duka. Padanya kutumpuhkan semua keresahan yang sering berkecamuk dan kegalauan yang mengusik. Untuk sekedar menghibur diri dan melepaskan sedikit beban yang mengobrak-abrik keceriaan.

Krincing...
Krincing...
Krincing...

Gelang manik kembali menyapaku, namun suaranya semakin lirih, nyaris tidak tetdengar.

"Ayolah Upik, berhentilah meliuk- meliukan jemarimu, nanti kamu sakit."

Aku berhenti sejenak dari aktifitasku dan beranjak mendekati gelang manik yang sudah terduduk lesu. Dia menatapku dengan cemberut. Matanya tajam seperti mau melahapku.

"Ia, bentar lagi aku istirahat, kamu duluan ya."
"Maafkan aku ya, belakangan ini, aku jarang bermain denganmu, "kataku seraya mengelus gelang manik dengan kasih sayang.

"Iya.....!"
"Kamu mengabaikan aku, kamu lebih mempedulikan benda persegi itu dibanding aku..."Jawab gelang manik sedikit keras seraya memandang laptop dengan tatapan sinis.

"Kamu selalu bersama dia, tak peduli lagi padaku."

"Aku tak pernah lagi di ajak jalan-jalan."

"Aku juga tak pernah lagi melingkari tangan mungilmu dan menemanimu ke pesta."

Gelang manik terus nyerocos seperti kran air yang dibuka sumbatnya. Bobol dan tak bisa disumpal.

Aku merasa ditampar dengan lontaran katanya.

Apakah benar aku sekejam itu pada gelang manik pemberian sahabatku itu?

Benarkah aku mengabaikannya?

Belakangan ini aku sedikit sibuk dengan tugas-tugas kantor dan ditambah lagi dengan pekerjaan rumah yang diberikan coach. Jadi memang lebih banyak bersenda gurau dengan laptop.

Supaya lebih fokus dan enak bekerja, aku membuka gelang manikku dan menaruhnya di rak buku. 

Ternyata hal itu membuat sedih gelang manik dan membuatnya marah pada laptop yang banyak menyita waktuku.

"Ini hanya masalah waktu saja kataku, bersabarlah, jangan cemberut gitu, sebentar lagi mau lebaran, wajah cantikmu akan kembali melingkar manis di pergelangan tanganku.

"Kamu janji?" Wajah gelang manik mulai berubah. Wajah yang tadi kuyu dan lemas kembali berseri.

"Iya, aku janji tidak akan mengabaikan kamu lagi, "Jawabku dengan lembut.

"Sekarang tidurlah, pejamkan mata,  dan tersenyumlah dalam impian."

Gelang manikpun tersenyum dan membisikkan selamat malam pada laptop  yang sedari tafi terpaku mendengar ocehan gelang manik.

Tiada kebahagian yang terindah selain membuat orang-orang di sekitar kita berbahagia. Kebahagian mana lagi yang kita cari?

#Thaipeh, 2 Juni 2019



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...