Rabu, 03 Juli 2019

Elang, Kapar Pesiar dan Pesona


By : Arieny




Kusibak kabut yang menyelimuti dinginnya pagi. Aku terus melangkah dan melangkah lagi, walau kadang kaki ini terasa berat untuk dipijakkan. Hawa yang sangat dingin semalam membuat kakiku terasa kaku dan ngilu.

Aku tidak akan menyerah, bagaimanapun keadaannya, aku harus teteap bersemangat. Rangkaian kegiatan menyambuat mahasiswa baru ini sudah kujalani sejak tiga hari yang lalu dengan kegiatan yang padat dan menguras tenaga. Kegiatan ini digelar oleh senior di kampusku dan dilaksanakan di suatu tempat yang jauh dari kebisingan.

Tempat yang sangat indah dan membuat perasaan nyaman dan damai oleh sejuknya dedauan hijau yang melambai-lambai serta nyanyian alam yang slalu didendangkan oleh suara burung yang berkicau.Jejeran pohon pinus disekeliling tenda tempat kami menginap menambah keanggunan alam ini.

“Ayo adik-adik, semua bersiap….agenda kegiatan hari ini adalah Hiking. Persiapkan stamina dan mental. Kamu akan jalan sendri-sendiri menyelusuri hutan dan sungai. Dari sini kamu akan melewati 5 pos hingga kembali lagi ke tempat ini. Di setiap pos sudah ada seorang senior yang menunggumu.

Masing-masing senior akan memberimu dua butir pertanyaan sebagai syarat untuk bisa lanjut ke pos berikutnya. Bisa dipahami?” Ketua pelaksana kegiatan sudah mulai bersorak memberikan instruksi kegiatan yang dilakukan hari ini.

“Siap kak, mengerti…!”

“Baik, silahkah berdo’a dulu dan setelah itu mulailah melangkah dengan penuh keyakinan dan pecaya diri.”

Jalan menuju pos pertama masih dijalani dengan mulus, tanpa banyak rintangan yang berarti. Di sana aku disambut oleh senyum ramahnya seorang seniorku yang lembut dan cantik. Setelah menyalamiku beliau mulai bertanya.

“Apa kabar pesonamu hari ini?”

“Pesonaku baik-baik saja, dia lagi berbahagia dan bersorak kegirangan sambil terus merajut impiannya dari serpihan-serpihan kenangan yang tercecer di lorong waktu.”

“Mengapa Allah memberikan unsur pesona pada manusia?”

“Supaya adanya rasa saling ketertarikan antara sesama manusia. Kemudian dari rasa yang ada dilanjutkan dengan saling memuji serta menghargai pesona yang dipancarkan oleh setiap insan, sebagai ungkapan syukur akan nikmat pesona yang telah diberikan oleh Allah.

Setelah menyelesaikan jawaban di kertas putih bermotifkan Bunga mawar yang aku siapkan di ranselku, aku mulai melangkah lagi menuju pos kedua. Medan sudah mulai agak berat. Jalanan tidak lagi datar, sudah banyak jalan berlobang yang dipenuhi oleh kerikil tajam.

Dengan penuh keyakinan, aku hadapi semua rintangan yang menghadang, setelah lima belas menit berjalan aku sampai di pos yang kedua. Seperti tadi ada dua pertanyaan yang mesti aku selesaikan.

“Berapa harga kapal pesiar dalam pikiranmu?”

“Aku tidak berniat menjualnya, karena aku membutuhkan kapal pesiarku untuk membawaku berlayar dan berselancar mengarungi samudra impian dan menaklukkan bongkahan batu karang yang bercokol pada pintu semangatku.”

“Bagaimana caramu menyedekahkan pesonamu?”

“Akan kusedekahkan pesonaku dengan menyebarkan virus ke penjuru alam semesta. Kepada angin yang berhembus manja. Kepada ilalang yang terombang ambing dan meliuk kian kemari, tak tahu arah. Kepada air bah yang menghanyutkan, dan juga kepada gempa yang menyebabkan kegoncangan. Kutiupkan pesonaku dengan virus cinta yang kukantongi dikalbuku.”

“Baik, silahkan lanjutkan perjalananmu.”

Dengan sedikit terseok aku seret kaki ini untuk bisa sampai ke pos yang ketiga. Medan yang lumayan berat membuat kaki ini lelah dan pegal-pegal.

Girangnya hati, ketika langkah ini tertumpu juga di pos ketiga. Sebelum menjawab pertanyaan, kutarik nafas yang dalam kemudian melepaskannya secara perlahan.

Setelah perasaan nyaman aku mulai menjawab lagi dua pertanyaan yang diberikan oleh senior di pos tiga ini.

“Apa hubungan pesona dan kapal pesiar dalam pikiranmu?”

“Kapal pesiar akan membawaku berkelana melalalang buana mengelilingi manca negara untuk menebarkan pesona yang aku miliki.”

“Sejujurnya apa yang membuatmu mempesona?”

“Semangat juang yang tidak mudah padam untuk meraih impianku dalam menggapai berlian yang senantiasa diiringi oleh pikiran positif dan rasa syukur yang tak pernah putus.”

Alhamdulillah tiga pos sudah terlewati, dengan semangat yang masih tersisa aku naiki tanjakan demi tanjakan menggapai pos selanjutnya.

Sampai di pos keempat aku dibuat takjub oleh oleh indahnya taman yang ditumbuhi oleh Bunga mawar merah yang sedang bersemi. Merahnya mawar kembali membakar semangatku untuk melanjutkan perjuangan ini.

Pertanyaan yang dilontarkan kujawab dengan penuh keriangan, tak kan kuhiraukan lelahku yang menggurita.

“Apa yang terjadi jika setiap pesonamu melahirkan mawar indah di setiap langkah?”

“Aku akan merasa menjadi orang yang paling beruntung sejagat ini, karena setiap langkahku bertabur mawar indah nan harum semerbak. Mawar merah yang merekah memberikan energi yang luar biasa untukku terus tersenyum dan menebarkan kebahagiaaku.”

“Aku akan terus melangkah, agar semakin banyak mawar merah yang bertumbuh. Dengan mawar merah ini akan kuusir kesedihan dan kegalauan yang mampir ke negeri ini.

" Akan kuhapus setiap tetesan air mata pertiwi yang jatuh berderai dengan aroma wanginya yang menyentuh rasa.”

“Di setiap tangkainya yang berduri aku semati dengan rasa kasih sayang dan kubalur dengan segenap ketulusan agar siapapun yang menerima rangkaiannya akan merasakan getaran cinta yang luar biasa. Cinta yang lahir dari hati, smoga juga akan sampai ke hati.”

“Apa yang kamu lakukan jika keikhlasanmu menebar pesona berubah menjadi Elang cantik?”

“Semakin luas jangkauanku untuk menebarkan pesonaku. Elang cantikku yang perkasa akan membawa aku terbang kemana yang aku mau. Akan kukepakkan sayapku dan terbang mengitari awan dan tidak lupa neninggalkan jejak kebaikan dan kebahagian di setiap tempat yang aku singgahi.”

“Bersama elang aku bisa saja terbang tinggi, berputar-putar dan melesat dengan gagahnya, namun jika kelengahan menyapa elangku bisa saja terjatuh menukik tajam dan meluncur ke pancang-pancang bumi. Jadi, sedikitpun tak ku beri ruang buat rasa lalai, lengah ataupun kesombongan merasuk dalam jiwa elangku nan cantik dan perkasa.”

Yesss !…..tinggal selangkah lagi aku akan sampai ke pos terakhir untuk menuntaskan rangkaian kegiatan ini.

Ada kepuasan batin di saat aku mampu bertahan dengan rasa penat yang menyergap dan tetap melangkap pasti ke depan. Gemericik air jatuh dari pegunungan mengiringi langkahku dan mendamaikan hatiku yang berbunga.Alunan nadanya memompa semangatku semakin bergelora."

Akhirnya, dua pertanyaan terakhir bisa aku selesaikan.

“Apa efek pesona terhadap kualitas tulisanmu?”

“Semakin jauh aku terbang dan berkelana. Semakin banyak juga aku belajar bagaimana menggali potensi diri dan memahami karakter tulisanku, semoga tulisanku semakin bersinar dan cahayanya akan menyinari hati setiap insan yang dahaga.”

“Apa kalimat terbaikmu untuk pesonamu?”

“Duhai pesona, jangan menjauh dan pergi dariku. Tetaplah bersamaku, menyatu dalam jiwa dan ragaku. Dengan kesabaran kita gosok terus berlian yang mengintip malu-malu. Kita jadikan dunia ini indah dan semakin berkilau.”

Elang, kapal pesiar, dan pesona akan setia menemaniku menggapai impian meraih berlian. Perjuanganku belum berhenti sampai di sini. Masih panjang perjalanan yang akan kutempuh, dan aku tak akan mengalah dan murah patah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...