Jumat, 27 September 2019

Gali unikmu

By : Rieny

Tak ada langkah yang percuma, tak ada usaha yang sia-sia. Kalau engkau petarung sejati, kenapa masih bermuram durja?

Pesona siang semakin berseri. Awan biru berarak bersuka hati. Aku masih saja duduk berdiam diri memagut lutut yang di bungkus rok panjang berwarna coklat.

“Kenapa bersedih hati, apa lagi yang engkau pikirkan?” lambaian dedauanan ini membangunkanku dari lamunan. Tanpa kusadari ternyata dari tadi bola matanya melotot ke arahku tanpa berkedip. Heran saja melihat perubahan sikapku hari ini. Aku yang biasanya ceria, heboh dan bikin suasana gaduh dan pecah, sekarang membisu membantu.

“Aku telah kalah, aku gagal mewujudkan harapanku.”bisikku pelan agar tidak kedengaran sama semut-semut yang berbaris di dinding.

Bukan apa-apa, kalau semutnya nguping dan mendengar keluh kesahku, nanti dia akan bersorak kepada penduduk kampung kalau aku tidak diterima kerja di kantor. Mau disembunyikan dimana wajahku ini? di balik pohon bambu atau di bawah batang mengkudu?

“Heyyy….jangan patah hati begitu…! kamu tidak kalah, hanya belum berhasil saja, tupai yang sedang bersantai di pohon jambu ikut menyela.

“Aku merasa jadi orang yang paling bodoh di dunia, tak ada yang bisa di andalkan dari diriku.” ucapku dengan suara sedikit serak.

“Upik, dengarkan baik-baik, hati yang patah bukan suatu dalih untuk melangkah dengan goyah. Kalau satu pintu tertutup, masih banyak pintu yang lain untuk kamu masuki.” burung merpati yang sedari tadi hanya diam ikutan nimbrung. Tumben bisa bicara bijak dia sekarang.

“Apa yang bisa aku lakukan sekarang?, sudah dua belas kali purnama aku berjalan dan dua belas kantor aku kirim surat lamaran. Tapi apa yang aku dapatkan?"

" Semua kantor memberikan jawaban yang sama, kompak mereka memberiku kata mutiara tiga kata, “Kamu Tidak diterima”, terus apa lagi yang aku harapkan?” jelasku sambil menahan sesak di dada.

“Upiiik lihat aku, pandangi aku dengan keteduhan matamu.” sedikit berteriak cermin besar di pondok taman mengajakku untuk berfikir sejenak.

“Lihatlah dan perhatikan apa yang kamu lihat di depanmu. Kamu punya wajah yang cantik. Punya anggota tubuh yang lengkap.

Punya tangan siap melakukan apa saja atas instruksi otakmu. Kaki yang rela di langkahkan ke mana saja yang kamu mau untuk melakukan aktifitas dan menebar kebaikan. Mulut, walaupun kecil tapi efeknya luar biasa jika kamu bisa mengolah kata dan lisanmu."

" Matamu yang bisa menangkapkan keindahan dan menuangkannya kembali dalam bentuk karya dengan sapuan kuas yang lembut menari-nari mengikut alur imajinasi. Atau bisa menuliskan keindahan itu lagi lewat jemarimu.”

“Syukurilah apa yang sudah kamu miliki itu. Sejatinya kamu itu menyimpan keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Gali unikmu dan kembangkanlah dengan mengikuti hati nuranimu.
“Unik…? Aku merasa tidak ada yang unik pada diriku.”

“Kamu mungkin tidak mengetahuinya, tapi orang lain bisa melihatnya.”

“Bagaimana caranya aku bisa mengetahui keunikanku?”
“Menentukan keunikan diri sendiri memang tidaklah mudah, butuh usaha keras dan kesabaran untuk bisa menggalinya.”

“Gimana cara menggalinya?”

Semua warga taman duduk melingkari cermin, tertarik dengan tema yang diusung. Pengen tahu pembahasan tentang unik yang akan diurai oleh cermin yang sedang berkilau sore ini.

“Pertama , Perbanyaklah berkomunikas dengan diri sendiri, istilah kerennya self-comunication.

“ngga salah tu min, gimana caranya bicara dengan diri sendiri? entar dikira stenggil lagi.” sorak tupai yang masih bergelayut manja di ranting pohon jambu yang sedang berbunga.

“Bicara dengan diri sendiri itu bisa dengan bentuk merenung, berfikir dan merefleksikan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan perjalanan hidup kita.”

“Terus apa lagi min?’ tanya semut merah tak sabar, ternyata dia tertarik juga untuk menggali uniknya.

“Gini sobatku, langkah selanjutnya yang kamu lakukan adalah melakukan analisis terhadap potensi yang ada pada dirimu. Apa kesukaanmu serta bakat-bakat apa yang ada dalam dirimu. Setelah bakat kamu temukan, maka carilah wadah yang tepat untuk mengaktualisasikannya."

" Kalau kamu suka nulis melangkahlah ke gerbang jewe, ketuk pintunya dan bergabunglah, gosok berlianmu di sana”

“Bakatmu jangan engkau pendam saja dan di bawa tidur.” Terus motivasi dirimu untuk mengasahnya.”

Warga taman masih memasnag wajah serius hingga cermin membeitahu langkah terakhir cara menggali unik.

“Langkah terakhir adalah mengetahui cara yang cocok untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. lahihan dan latihan terus, jangan mudah bosan dan mudah menyerah."

“Udah ahhh….segitu saja, aku ngantuk." Ucap cermin sambil menguap lepas.

“sekarang kembalilah keperaduan masing-masing. Mulailah merenung, gali unikmu. Kalau sudah ketemu kembangkanlah. Insyaallah dengan brand yang kamu miliki, bisa mengantarkanmu ke gerbang kesuksesan."

semua berlari mencari tempat yang nyaman untuk merenung dan berfikir.

“Tersenyumlah, jangan bersedih lagi, simpan saja air matamu.” 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...