Minggu, 07 April 2019

Semangat Literasi

       


Salam Literasi
        Dongeng yang sering dibacakan ayah sebagai pengantar tidur semasa kecil mengawali kecintaan saya pada buku dan membuat saya gemar membaca. Cerita sebelum tidur tersebut menjadi kegiatan rutin di keluarga kami, ayah dan ibu dengan sabar membacakan cerita untuk kami anak-anaknya sampai kami terlelap dan melanjutkan cerita di alam mimpi walau dari raut wajah beliau terlihat rasa lelah oleh aktivitas siang hari.

         Di pojok rumah kami yang sederhana terdapat rak buku yang tersusun dari koleksi buku-buku milik ayah dan ibu beraneka judul, berhubung ayah adalah seorang guru Madrasyah Aliyah maka buku keagamaan yang menjadi dominasi koleksi buku kami. Koleksi buku di rak terus bertambah setiap bulannya karena ayah juga seorang pecinta buku dan sering menghabiskan waktunya untuk membaca. Ayah pun ingin menularkan kegemarannya membaca kepada anak-anaknya. Kami sering mendapat hadiah buku dari ayah bila kami mendapatkan prestasi tertentu dari sekolah dan ayah juga rutin membelikan kami majalah anak-anak setiap minggunya seperti majalah bobo, ananda dan majalah sahabat. Waktu itu saya paling suka membaca kisah-kisah nusantara dan frofil siswa berprestasi.

        Seiring dengan perkembangan usia, saat remaja saya mulai melirik novel dan majalah remaja. Novel detektif dan roman percintaan menjadi bacaan favorit saya. Di usia remaja juga keinginan menulis mulai muncul dan diaripun adalah tempat pertama bagi saya untuk menorehkan rangkaian kata dan menjadikannya menjadi sebuah puisi. Yach… menulis puisi adalah cara saya mengungkapkan perasaan dan semua kegalauan yang dialami sehari-hari. Terkadang juga saya iseng mengirimkan puisi-puisi tersebut ke media cetak. Salah satunya adalah ke surat kabar Canang. Puisi pertama saya yang diterbitkan oleh surat kabar Canang adalah puisi yang berjudul Tekatku. Selain menulispuisi sekali-sekali saya juga menulis artikel dan saya kirim ke surat kabar daerah dan koran kampus. kadang dimuat tapi ada juga yang tidak dilirik. Senang tak terkira tatkala tulisan saya terpajang di halaman surat kabar, sungguh bahagia rasanya mendapatkan honor dari artikel yang dimuat media, alhamdulillah walaupun honornya tidak seberapa tetapi sangat memotivasi saya untuk terus menulis. Di kampus saya juga sering menitipkan tulisan di tabloit Ganto, nama tabloit kampus saat itu.
   
        Untuk mengasah kemampuan di dunia tulis menulis ini pada tahun 1994 saya mengikuti pendidikan dasar jurnalistik yang diselenggarakan oleh unit kegiatan komunikasi dan penerbitan kampus (UKKPK) salah satu unit kegiatan kampus IKIP Padang yang saya ikuti semasa mahasiswa. Banyak ilmu dan trik menulis yang saya dapatkan dari diklasar ini, tetapi karena waktu itu sedang banyak-banyaknya tugas kuliah maka ilmu yang saya dapatkan tersebut belum semuanya bisa saya terapkan karena tidak bisa fokus, hanya puisi yang masih rutin saya tulis.

        Dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak tempat yang menjadi wadah kita untuk menulis, kita bisa menulis di web, di blog dan media-media sosial yang semakin menjamur. Dan dari media sosial kita  banyak mendapatkan informasi tentang dunia tulis menulis dan banyak artikel dan kisah-kisah bagus yang bisa kita baca. Kita juga bisa mengikuti kelas menulis online.  Wadah- wadah tersebut memicu kembali semangat menulis yang sempat terhenti, seolah menjadi gerbang untuk kembali aktif dalam dunia merangkai aksara. Alhamdulillah satu buku sudah  diluncurkan, insyaallah akan menyusul buku yang kedua.

           Tak ada kata kenal lelah untuk terus menambah wawasan di dalam dunia literasi. Selalu sabar menyebarkan virus membaca ke anak-anak di rumah dengan menyediakan buku-buku bergizi untuk mereka baca dan menjadi santapan harian mereka. Tiada hari tanpa membaca dan menulis.

Semangat membaca
Semangat menulis
Salam literasi
       
Koleksi Pribadi


Workshop Sagusaku (Satu Guru Satu Buku)

           Di media sosial juga saya kenal dengan IGI, dan sering mengikuti perkembangan kegiatan yang dilaksanakan oleh IGI khususnya IGI Wilayah Sumbar, melalui group IGI saya mendapatkan informasi tentang kegiatan Sagusaku (satu guru satu buku) yang sedang berlangsung sekarang. Sagusaku adalah kegiatan kedua worshop IGI yang saya ikuti, sebelumnya beberapa bulan yang lalu saya juga mengikuti workshop Sagusamik (Satu guru satu samik) yang sangat bermanfaat diterapkan dalam proses belajar mengajar.
           Workshop Sagusaku bertujuan memberikan pelatihan kepada guru yang berminat untuk menulis buku dan trainernya membimbing guru peserta sagusaku sampai buku itu terbit. Workshop yang dilaksanakan pada tanggal 6-7 Juni dengan Nara sumbernya adalah Bapak Edi Sutarto Masternya Sagusaku, penulis buku best seller Pemimpin cinta dan Ibu Noerbat Ketua IGMP Pusat Bahasa Indonesia.

           Beruntung sekali  bisa ikut workshop ini, selain nara sumbernya yang super keren semua  pesertanya juga penuh semangat dan antusias, walau acaranya  belum dimulai tapi aura literasinya sudah mulai terasa yang membuat saya semakin termotivasi mengikuti kegiatan ini. Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi gerbang bagi untuk kembali terjun ke dunia tulis menulis dan menuntaskannya menjadi sebuah buku.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin…..

Bersama Bapak Edi Sutarto Masternya Sagusaku, penulis buku best seller Pemimpin cinta


Sagusator memang cetar membahana
(Workshop Sagusator "Satu Guru Satu Editor")
24/25 Desember 2017

        Mengawali libur semester kali ini kami mengikuti Worshop Sagusator ( Satu Guru Satu Editor ) yang dipelopori oleh IGI KOta Padang yang diketuai oleh ibu Yossi Shandra. Worshop Sagusator dilaksanakan selama dua hari
yakni pada hari Minggu dan Senin tanggal 24/25 Desember 2017 bertempat di plasa Telkom Padang yang kebetulan juga sebagai sponsor kegiatan ini.
Workshop Sagusator dibuka secara resmi oleh Sekretaris Wilayah IGI Sumbar bapaak Ramadhan Fitria.
        Menurut Ramadhan Workshop sagusator ini adalah sagusator perdana di Sumatera Barat.
Menurut ibu Yossi yang juga bertindak sebagai Ketua pelaksana Wokshop, kegiatan ini diikuti oleh 45 orang peserta dan panitia yang terdiri dari guru dan dosen dari berbagai jenjang pendidikan yang yang ada di wilayah Sumatera Barat dan Riau. Peserta bukan saja mereka yang sudah menulis buku tetapi juga boleh diikuti oleh calon penulis dan yang berminat dalam dunia kepenulisan.
Nara sumber pada workshop ini adalah Bapak Susrizal KW wartawan senior, direktur Harian Padang Ekspres sekaligus Direktur penerbit Kabarita di kota padang, dan Bapak Gus TF Sastrawan senior putra Payakumbuh.
        Pada Workshop ini kita belajar seputar dunia kepenulisan, cara mengedit buku dan penerbitan.
Pada Hari pertama dari Bapak Yusrizal KW materinya tentang seputar dunia penerbitan, seperti mengenal dunia penerbitan, tugas penerbit, serta buku da ISBN.
Bersama bapak Gus TF kita belajar membedakan beberapa jenis karya tulis, seperti artikel, essai, opini, puisi, cerpen dan sebagainnya. Bapak GuS TF juga menjelaskan bagaimana cara mengedit setiap karya tulis tersebut dengan mencoba mengedit karya tulis yang sudah dibuat oleh peserta Sagusator.
       Materi terakhir pada workshop ini adalah kami belajar membuat profosal buku atau karya tulis yang lainnya untuk diajukan ke penerbit agar diterima oleh penerbit tersebut.
Banyak ilmu baru yang kami dapat pada workshop Sagusator ini yang akan mendukung untuk menulis buku, mengeditnya sampai pada penerbitkannya. Waktu yang dua hari sangatlah kurang, mudah-mudahan ada kegiatan-kegiatan sejenis yang dilaksanakan oleh IGI kota atau kabupaten ataupun IGI Wilayah Sumbar berikutnya. 

Workshop Sagusator sungguh cetaaaar…..

Salam Literasi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...