Perkembangan
teknologi dapat memberikan dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan.
Dari sisi hukum, penyalahgunaan teknologi dapat menjerat seseorang sebagaimana
yang diatur dalam Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 sebagai perubahan atas
Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Masih
terdapat dampak lain termasuk dampak secara sosial.
Atas
dasar itulah maka perlu diperkenalkan bagaimana etika dalam menggunakan
internet serta penggunaan media sosial secara bijak. Dengan demikian, dampak
negatif dari penggunaan internet dapat dihindari. Sehingga manfaat dari produk
TIK dapat dirasakan secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan.
Berikut enam hal yang pantang dilakukan
di media sosial:
(1) Memulai konflik. Perang kata-kata sangat mungkin muncul di media sosial
dan sebenarnya hal ini cukup sering terjadi, contohnya saja perkelahian antar
selebriti. Tapi kemudian apa yang terjadi? Mereka malah jadi bahan olok-olok
pengguna media sosial yang lain, karena mengumbar perkelahian di forum umum.
(2) Cerita masalah pribadi. Memang, saat ini media sosial dijadikan
semacam buku harian untuk para pemiliknya. Tapi kita juga harus membatasi
cerita masalah pribadi yang seperti apa? Terus-terusan bercerita soal
kesedihan, kemarahan, atau mengeluh akan berbagai hal hanya akan membuat
reputasi kita buruk.
(3) Mengejek orang lain dan menyebut namanya. Lewat tag dan mention, kita
bisa menyebut nama seseorang dan menuliskan pesan untuknya di muka umum. Tapi
jika kita mengejeknya dengan harapan menjatuhkan reputasinya, artinya kita
malah melakukan hal yang sama pada diri kita sendiri. Jika ada masalah,
selesaikan secara langsung. Membawa permasalahan ke depan umum, adalah sikap
yang kekanak-kanakan.
(4) Menjelekkan orang lain tanpa menyebut nama. Ada juga orang yang terbiasa menulis “no mention”, tapi kemudian
menjelek-jelekkan pihak tertentu. Hal ini juga sangat menganggu dan bisa
merusak reputasi, karena orang lain akan melihat kita sebagai orang yang hanya
berani bicara di belakang.
(5) Berbagi foto pesta gila-gilaan. Kita mungkin dikenal sebagai si
penggila pesta, tapi batasi juga penyebaran foto pesta gila-gilaan kita di
media sosial. Bukan tidak mungkin, keluarga, sekolah, atasan, atau manajemen
perusahaan melihatnya dan bisa mensalahartikan karena mereka tidak mengerti
konteks dari foto kita.
(6) Bersikap terlalu ekstrem. Sah-sah saja jika kita punya pandangan
agama dan politik tertentu. Tapi bersikap terlalu ekstrem dengan
mengagung-agungkan pendapat kita kemudian menjatuhkan opini orang lain, sama
saja merusak reputasi diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar