Sabtu, 27 April 2019

Etiket Media Sosial


Perkembangan teknologi dapat memberikan dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan. Dari sisi hukum, penyalahgunaan teknologi dapat menjerat seseorang sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 sebagai perubahan atas Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Masih terdapat dampak lain termasuk dampak secara sosial.

Atas dasar itulah maka perlu diperkenalkan bagaimana etika dalam menggunakan internet serta penggunaan media sosial secara bijak. Dengan demikian, dampak negatif dari penggunaan internet dapat dihindari. Sehingga manfaat dari produk TIK dapat dirasakan secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan.

Berikut enam hal yang pantang dilakukan di media sosial:

(1)  Memulai konflik. Perang kata-kata sangat mungkin muncul di media sosial dan sebenarnya hal ini cukup sering terjadi, contohnya saja perkelahian antar selebriti. Tapi kemudian apa yang terjadi? Mereka malah jadi bahan olok-olok pengguna media sosial yang lain, karena mengumbar perkelahian di forum umum.
(2)  Cerita masalah pribadi. Memang, saat ini media sosial dijadikan semacam buku harian untuk para pemiliknya. Tapi kita juga harus membatasi cerita masalah pribadi yang seperti apa? Terus-terusan bercerita soal kesedihan, kemarahan, atau mengeluh akan berbagai hal hanya akan membuat reputasi kita buruk.
(3)  Mengejek orang lain dan menyebut namanya. Lewat tag dan mention, kita bisa menyebut nama seseorang dan menuliskan pesan untuknya di muka umum. Tapi jika kita mengejeknya dengan harapan menjatuhkan reputasinya, artinya kita malah melakukan hal yang sama pada diri kita sendiri. Jika ada masalah, selesaikan secara langsung. Membawa permasalahan ke depan umum, adalah sikap yang kekanak-kanakan.
(4)  Menjelekkan orang lain tanpa menyebut nama. Ada juga orang yang terbiasa menulis “no mention”, tapi kemudian menjelek-jelekkan pihak tertentu. Hal ini juga sangat menganggu dan bisa merusak reputasi, karena orang lain akan melihat kita sebagai orang yang hanya berani bicara di belakang.
(5)  Berbagi foto pesta gila-gilaan. Kita mungkin dikenal sebagai si penggila pesta, tapi batasi juga penyebaran foto pesta gila-gilaan kita di media sosial. Bukan tidak mungkin, keluarga, sekolah, atasan, atau manajemen perusahaan melihatnya dan bisa mensalahartikan karena mereka tidak mengerti konteks dari foto kita.
(6)  Bersikap terlalu ekstrem. Sah-sah saja jika kita punya pandangan agama dan politik tertentu. Tapi bersikap terlalu ekstrem dengan mengagung-agungkan pendapat kita kemudian menjatuhkan opini orang lain, sama saja merusak reputasi diri kita sendiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...