Jumat, 17 Januari 2020

Mendidik dengan Cinta





Ibnu Khaldun berkata,
“Barang siapa di antara para guru dan pembantu yang mendidik anaknya dengan kejam dan paksaaan, niscaya anak itu akan menjadi pemaksa , jiwanya akan sempit, hilang semangat, selalu berdusta dan melakukan perbuatan keji karena takut dari tangan-tangan yang suka memaksa, itu pula telah mengajarkan dirinya untuk berbuat makar dan dusta.”

Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik. Sebagai landasan untuk berjuang menggapai impian, Modal untuk kehidupan yang lebih cerah dan gemilang di masa depan.

Sukses atau tidaknya peserta didik tidak akan terlepas dari peran orang tua atau guru yang sangat besar . Ketauladanan yang diberikan akan mampu membentuk karakter mereka ke arah yang lebih baik. 

Orang tua yang bertanggung jawab penuh pada keberhasilan putra-putrinya dari sejak lahir hinggga mereka besar. Bagaimana mereka di masa depan tergantung bagaimana orang tua mendidiknya dan membentuk kepribadian mereka

Karena mereka terlahir laksana kertas kosong. Figur orang tua dalam mendidik ibarat menulis pada kertas kosong tersebut. 

Ibnu Qayyim berkata, “Kehancuran anak pada hakikatnya terjadi karena orang tua dan sikap mereka yang meremehkan anak-anak mereka, baik meninggalkan pendidikan agama serta menelantarka mereka pada masa kanak-kanak sehingga mereka tidak dapat memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang tuanya.”

Di lingkungan sekolah peran seorang guru juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan mereka dalam proses pembelajaran.

Ketua lembaga perlindungan anak Indonesia (LPAI), Kak Seto Mulyadi mengajak para pendidik untuk mendidik anak dengan cinta.

“Apakah yang dimaksud dengan memdidik dengan cinta?”

Menurut Kak Seto, mendidik dengan cinta dalam artian mendidik tidak dengan cara kekerasan, tetapi dengan memberikan ketauladanan kepada anak.

Pendidikan tidak akan sempurna tanpa cinta. Anak yang mendapatkan cinta, simpati dan perhatian dari pendidik  mereka seperti orang tua, guru dan sebagainya, akan menjadi anak yang patuh dan mereka akan mendengarkan apa yang disampaikan atau diajarkan oleh pendidik mereka dengan hati

Cinta yang dimaksud di sini bukan berarti kita menyayangi mereka secara berlebihan. Membiarkan saja kesalahan yang mereka lakukan. Menutup mata dan telinga atas keburukan yang mereka ciptakan tanpa batasan hukum.

Sebagai manusia biasa anak-anak tentu tidak akan luput dari kesalahan. Ada  saja kekeliruan yang mereka lalukan. Sebagai pendidik hendaknya kita bijak dalam menghadapi sikap mereka tersebut. Mengendalikan diri dari rasa marah dengan kekerasan adalah pilihan yang bijak. Kita berikan sangsi yang mendidik yang membuat mereka bisa merubah sikap tersebut.

Anak-anak adalah insan yang sedang mencari jati diri. Jika kita mendidik mereka dengan cara kekerasan, maka hasilnya nanti mereka juga akan penuh dengan kekerasan, baik terhadap teman, guru maupun dengan orang tua sendiri. Mereka adalah peniru yang ulung dan akan menduplikat apa yang kita contohkan. Sebaiknya kita dapat mendidik dengan hati dan kekuatan kasih sayang serta cinta.

Marilah kita lakukan perubahan dalam cara menghadapi anak-anak kita. Kita singkirkan kekerasan dan menggantinya dengan didikan yang dipenuhi oleh limpahi kasih sayang dan penuh cinta.

  Sabda Rasulullah SAW;

“Tidak akan disayang orang yang tidak memiliki kasih sayang.” (Muttafaqun ‘alaih)

Allah SWT sangat mencintai hamba-hambanya yang di dalam hatinya dipenuhi oleh kasih sayang dan cinta pada sesamanya. Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh Ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian” (HR. Abu Dawud, dinyatakan shahih oleh Al-Alban

        Jika rasa kasih sayang sudah terpatri dalam relung hati para orang tua dan guru, maka rasa kasih sayang itu akan ditularkan pada anak-anak sehingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang penyayang, jauh dari kekerasan dan dari segala sesuatu yang dapat mengotori jiwa dan hatinya.

         Ketika anak sudah menemukan cinta dalam hidupnya maka, perasaannya akan selalu damai dan nyaman. Belajar akan terasa menyenangkan karena rileks dan tanpa beban. Mudah mencerna pelajaran yang diterangkan oleh guru. Ilmu masuk ke memori jangka panjangnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. 

Terus, kapan anak merasa dicintai?

Menurut Ibu Fauziah Fauzan dalam bukunya Mengasuh dengan bahasa cint a bahwa kita merasa dicintai ketika:
1.Diperhatikan dengan tulus setiap kita membutuhkan perhatian
2.Diperlakukan dengan kasih sayang, dengan tutur kata lembut
3.Diterima apa adanya, dan dimengerti, selalu ada ruang untuk dimaafkan.
4.Dihargai dan dimotivasi untuk mencapai prestasi
5.Ada ruang terbuka untuk mengkomunikasikan apa saja.

Masih banyak lagi hal yang dilakukan untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada anak-anak selain lima poin di atas. Namun barangkali lima poin itu cukup mewakili apa yang dibutuhkan oleh anak-anak kita yang membuat mereka merasa nyaman dan dihargai.

Mereka merasa dicintai apabila adan perhatian terhadap apa yang mereka lakukan. Aktifitas apa yang mereka ikuti. Memperlakukannya dengan penuh kasih sayang dan berbicara padanya dengan kata-kata yang lembut. Hindari berkata kasar yang bisa melukai hatinya. 

Anak juga mau dimengerti tentang keinginan dan harapannya. Juga berharap orang tua atau guru memahami terhadap kelebihan dan kekurangannya. Anak- anak mempunyai karakter dan prestasi yang berbeda. Jangan bandingkan mereka dengan teman-temannya.

Mereka juga tidak luput dari salah, semoga selalu ada ruang maaf untuk kesalahan yang mereka perbuat. Jangan irit memberikan penghargaan atas pencapaian prestasinya. Pujian yang kita berikan dengan tulus akan menambah kepercayaan pada dirinya. Kemudian kita  dengan sabar terus memberikan motivasi agar mereka selalu semangat dalam mencapai impian.

Anak-anak yang mendapatkan limpahan kasih sayang dan cinta tidak akan ragu untuk mengkomunikasikan setiap permasalahannya kepada orang tua dan guru. Mereka mau terbuka agar bisa dibantu memecahkan masalahnya tersebut. Komunikasi yang baik ini akan memberikan kedekatan hati hubungan antara orang tua atau guru dengan anak.

Mereka yang mendapatkan cinta tulus ini akan menjadi pribadi yang kuat dan tangguh karena jiwanya dipenuhi oleh cinta kasih sayang.

Menurut Ibu Fauziah lagi dalam berkomuniaksi sangatlah penting menggunakan bahasa tubuh positif dan menghindari bahasa tubuh negatif.

Contoh bahasa positif adalah :

🤩Senyum yang tulus 
🤩Pandangan wajah ceria dan mata berbinar 
🤩Sentuhan penuh kasih sayang, seperti                          memeluk, membelai dan merangkul.

Contoh Bahasa tubuh negatif adalah :
🤔Membelalakkan mata 
🤔Cemberut
🤔Bersedekap / bersilang tangan di dada
🤔Berkacak pinggang
🤔Menunjuk dengan tangan kiri
🤔Tatapan sinis
🤔Senyuman yang sumbang

Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainnya, Siswa akan mencintai guru dengan cara mengidolakannya, serta menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan disegani.

Betapa bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati,  dan kepergiannya ditangisi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merindukan Gang Iblis

By. Rien Sudah sangat lama kami meninggalkan tempat itu. Namun, seakan ada suara yang terus memanggil. Sebenarnya ada apa di gang iblis? Gan...