Ibnu Khaldun berkata,
“Barang siapa di antara para guru dan pembantu yang mendidik
anaknya dengan kejam dan paksaaan, niscaya anak itu akan menjadi pemaksa ,
jiwanya akan sempit, hilang semangat, selalu berdusta dan melakukan perbuatan
keji karena takut dari tangan-tangan yang suka memaksa, itu pula telah
mengajarkan dirinya untuk berbuat makar dan dusta.”
Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik. Sebagai
landasan untuk berjuang menggapai impian, Modal untuk kehidupan yang
lebih cerah dan gemilang di masa depan.
Sukses atau tidaknya peserta didik tidak akan terlepas dari peran
orang tua atau guru yang sangat besar . Ketauladanan yang diberikan akan mampu
membentuk karakter mereka ke arah yang lebih baik.
Orang tua yang bertanggung jawab penuh pada keberhasilan
putra-putrinya dari sejak lahir hinggga mereka besar. Bagaimana mereka di masa
depan tergantung bagaimana orang tua mendidiknya dan membentuk kepribadian
mereka
Karena mereka terlahir laksana kertas kosong. Figur orang tua dalam mendidik ibarat menulis pada kertas kosong tersebut.
Karena mereka terlahir laksana kertas kosong. Figur orang tua dalam mendidik ibarat menulis pada kertas kosong tersebut.
Ibnu Qayyim berkata, “Kehancuran anak pada hakikatnya terjadi
karena orang tua dan sikap mereka yang meremehkan anak-anak mereka, baik
meninggalkan pendidikan agama serta menelantarka mereka pada masa kanak-kanak
sehingga mereka tidak dapat memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan juga
bagi orang tuanya.”
Di lingkungan sekolah peran seorang guru juga mempunyai pengaruh
yang besar terhadap keberhasilan mereka dalam proses pembelajaran.
Ketua lembaga perlindungan anak Indonesia (LPAI), Kak Seto Mulyadi
mengajak para pendidik untuk mendidik anak dengan cinta.
“Apakah yang dimaksud dengan memdidik dengan cinta?”
Menurut Kak Seto, mendidik dengan cinta dalam artian mendidik tidak
dengan cara kekerasan, tetapi dengan memberikan ketauladanan kepada anak.
Pendidikan tidak akan sempurna tanpa cinta. Anak yang mendapatkan
cinta, simpati dan perhatian dari pendidik
mereka seperti orang tua, guru dan sebagainya, akan menjadi anak yang
patuh dan mereka akan mendengarkan apa yang disampaikan atau diajarkan oleh
pendidik mereka dengan hati
Cinta yang dimaksud di sini bukan berarti kita menyayangi mereka
secara berlebihan. Membiarkan saja kesalahan yang mereka lakukan. Menutup mata
dan telinga atas keburukan yang mereka ciptakan tanpa batasan hukum.
Sebagai manusia biasa anak-anak tentu tidak akan luput dari
kesalahan. Ada saja kekeliruan yang
mereka lalukan. Sebagai pendidik hendaknya kita bijak dalam menghadapi sikap
mereka tersebut. Mengendalikan diri dari rasa marah dengan kekerasan adalah
pilihan yang bijak. Kita berikan sangsi yang mendidik yang membuat mereka bisa
merubah sikap tersebut.
Anak-anak adalah insan yang sedang mencari jati diri. Jika kita
mendidik mereka dengan cara kekerasan, maka hasilnya nanti mereka juga akan
penuh dengan kekerasan, baik terhadap teman, guru maupun dengan orang tua
sendiri. Mereka adalah peniru yang ulung dan akan menduplikat apa yang kita
contohkan. Sebaiknya kita dapat mendidik dengan hati dan kekuatan kasih sayang
serta cinta.
Marilah kita lakukan perubahan dalam cara menghadapi anak-anak
kita. Kita singkirkan kekerasan dan menggantinya dengan didikan yang dipenuhi
oleh limpahi kasih sayang dan penuh cinta.
Sabda Rasulullah SAW;
“Tidak akan disayang orang yang tidak memiliki kasih sayang.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Allah SWT sangat mencintai hamba-hambanya yang di dalam hatinya
dipenuhi oleh kasih sayang dan cinta pada sesamanya. Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda;
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Orang-orang yang
penyayang niscaya akan disayangi pula oleh Ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah
penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian” (HR. Abu Dawud,
dinyatakan shahih oleh Al-Alban
Jika rasa kasih sayang sudah terpatri dalam
relung hati para orang tua dan guru, maka rasa kasih sayang itu akan ditularkan
pada anak-anak sehingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang penyayang, jauh
dari kekerasan dan dari segala sesuatu yang dapat mengotori jiwa dan hatinya.
Ketika anak sudah
menemukan cinta dalam hidupnya maka, perasaannya akan selalu damai dan nyaman.
Belajar akan terasa menyenangkan karena rileks dan tanpa beban. Mudah mencerna
pelajaran yang diterangkan oleh guru. Ilmu masuk ke memori jangka panjangnya
dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Terus, kapan anak merasa dicintai?
Menurut Ibu Fauziah Fauzan dalam bukunya Mengasuh dengan bahasa
cint a bahwa kita merasa dicintai ketika:
1.Diperhatikan
dengan tulus setiap kita membutuhkan perhatian
2.Diperlakukan
dengan kasih sayang, dengan tutur kata lembut
3.Diterima
apa adanya, dan dimengerti, selalu ada ruang untuk dimaafkan.
4.Dihargai
dan dimotivasi untuk mencapai prestasi
5.Ada
ruang terbuka untuk mengkomunikasikan apa saja.
Masih
banyak lagi hal yang dilakukan untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada
anak-anak selain lima poin di atas. Namun barangkali lima poin itu cukup
mewakili apa yang dibutuhkan oleh anak-anak kita yang membuat mereka merasa
nyaman dan dihargai.
Mereka
merasa dicintai apabila adan perhatian terhadap apa yang mereka lakukan.
Aktifitas apa yang mereka ikuti. Memperlakukannya dengan penuh kasih sayang dan
berbicara padanya dengan kata-kata yang lembut. Hindari berkata kasar yang bisa
melukai hatinya.
Anak
juga mau dimengerti tentang keinginan dan harapannya. Juga berharap orang tua
atau guru memahami terhadap kelebihan dan kekurangannya. Anak- anak mempunyai
karakter dan prestasi yang berbeda. Jangan bandingkan mereka dengan
teman-temannya.
Mereka
juga tidak luput dari salah, semoga selalu ada ruang maaf untuk kesalahan yang
mereka perbuat. Jangan irit memberikan penghargaan atas pencapaian prestasinya.
Pujian yang kita berikan dengan tulus akan menambah kepercayaan pada dirinya. Kemudian
kita dengan sabar terus memberikan
motivasi agar mereka selalu semangat dalam mencapai impian.
Anak-anak
yang mendapatkan limpahan kasih sayang dan cinta tidak akan ragu untuk
mengkomunikasikan setiap permasalahannya kepada orang tua dan guru. Mereka mau
terbuka agar bisa dibantu memecahkan masalahnya tersebut. Komunikasi yang baik
ini akan memberikan kedekatan hati hubungan antara orang tua atau guru dengan
anak.
Mereka
yang mendapatkan cinta tulus ini akan menjadi pribadi yang kuat dan tangguh
karena jiwanya dipenuhi oleh cinta kasih sayang.
Menurut
Ibu Fauziah lagi dalam berkomuniaksi sangatlah penting menggunakan bahasa tubuh
positif dan menghindari bahasa tubuh negatif.
Contoh
bahasa positif adalah :
🤩Senyum yang tulus
🤩Pandangan wajah ceria dan mata berbinar
🤩Sentuhan penuh kasih sayang, seperti memeluk, membelai dan merangkul.
🤩Senyum yang tulus
🤩Pandangan wajah ceria dan mata berbinar
🤩Sentuhan penuh kasih sayang, seperti memeluk, membelai dan merangkul.
Contoh
Bahasa tubuh negatif adalah :
🤔Membelalakkan mata
🤔Cemberut
🤔Bersedekap / bersilang tangan di dada
🤔Berkacak pinggang
🤔Menunjuk dengan tangan kiri
🤔Tatapan sinis
🤔Senyuman yang sumbang
🤔Membelalakkan mata
🤔Cemberut
🤔Bersedekap / bersilang tangan di dada
🤔Berkacak pinggang
🤔Menunjuk dengan tangan kiri
🤔Tatapan sinis
🤔Senyuman yang sumbang
Sikap cinta dan kasih sayang seorang
guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban,
serta sikap-sikap positif lainnya, Siswa akan mencintai guru dengan cara
mengidolakannya, serta menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan
disegani.
Betapa bahagianya menjadi seorang
guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang selalu
dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati, dan
kepergiannya ditangisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar