By : Arieny
Mengapa Tuhan pun sampai bersumpah demi waktu pagi? Demi fajar! Fakta membuktikan kebiasaan bangun pagi adalah kunci penting keberhasilan orang-orang sukses.
Ayam jantan sudah berkokok sebagai alarm pagi menyambut sang fajar.
Dinginnya pagi masih menusuk menggerogoti tulang. Masih terasa lembabnya udara akibat guyuran rintik semalam membuatku tetap bertahan sembunyi di singasanaku yang mungil ini.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Jam dinding juga sudah berdentang denting sepagi ini.
"Bangunlah duhai jiwa yang masih terlelap!"
Kututup telingaku dengan bantal guling, agar tidak mendengar lagi kegaduhan dari dinding kamar itu. Nyamannya pantai indah kapuk membuat aku malas untuk beranjak.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Jam dinding berkata lagi dengan suara agak keras,"Tiap menit itu berharga, bangkitlah dari peraduanmu!"
Gulingpun mengeliat kaget oleh suara tegas dari jam dinding dan menukik indah di lantai.
Akupun mulai berancang-ancang untuk bangkit dan meninggalkan zona nyamanku.
Eiiitttt....
Layar badai menahan tanganku.
"Tetaplah di sini bersamaku, akan aku bawa kamu terbang ke awan dan bercengkrama dengan langit biru. Setelah itu kita berlayar ke pulau impian dan berjumpa dengan pangeran idaman."
Aku kembali terlena, termakan oleh bujuk rayu layar lembut berbunga mawar yang menyelimuti tubuhku.
Baru saja mau berlayar, terdengar getaran lembut yang mengusik. Langit-langit kamar ikut mengguncang tubuhku seraya berbisik, " Berhentilah berlayar dan berlabuhlah!"
Kalender juga ikut bersuara,"Segera lakukan, jangan tunda nanti keburu gelap kembali menjemput malam."
Kemoceng dari benang wol yang sedari tadi diam, mulai ikut menggelitik kakiku.
"Baiklah sahabat, aku nyerah, aku bangun dan akan bercengkrama dengan kamu semuanya."
Dengan sigap aku gulung layar dan menambatkan perahu di tepian. "Istirahatlah di sini, saat senja datang aku akan menemuimu lagi."
Kubuka jendela, udara sejuk menyapa lembut berhamburan menghampiriku.
Aku berkemas untuk menyambut indahnya pagi ini.
Bukalah pintu ini lebar-lebar dan tataplah duniamu, jelajahi alam kemudian temukan di mana berlianmu", Pintu depan bersorak.
Aku melangkahkan kaki untuk memulai mendobrak masa depanku.
"Tunggu dulu, Sudahkah kamu bersujud dan bersyukur?",lantai berbisik lirih.
"Bersyukurlah atas nafas yang masih kamu miliki pagi ini, atas semua nikmat yang kamu rasakan sepanjang hari!"
"Aku tersipu malu, indahnya dunia membuat aku lupa bersyukur terhadap yang memberi keindahan tersebut.
Setelah kutunaikan kewajibanku pada yang satu aku mulai beranjak lagi mencari berlian.
Lagi-lagi langkahku tertahan, aku dicegat oleh cermin.
Cermin berkata,"Berkacalah dulu, sudahkah kamu bawa wajah terbaikmu nan berseri? Sudahkah kamu pasang senyum termanismu? perbaiki wajahmu, kulihat masih ada kegalauan di sana, ayuuk...pancarkan pesonamu, tunjukkan keelokan rupamu!"
Dengan Bismillah aku mulai melangkah dengan optimis dan penuh keyakinan.
Tralalala...
Trililili....
Kusongsong pagiku dengan ceria.
Akan kutakhlukkan hari ini demi sebongkah berlian yang masih tersimpan.
Kusapa mentari pagi, yang tersenyum memandangiku.
Ku belai dengan lembut dedaunan yang mengiringi langkahku.
Aku bahagia....pagiku begitu semarak dan membuat hati berbunga.
Aku beruntung memiliki telinga yang brilian, yang peka menangkap suara alam.
merdunya kokok ayam jantan, dentingan jam dinding, getaran lembut dinding kamar, lembutnya bisikan lantai dan semua suara indah dari nyanyian sahabat-sahabat yang ada dikamarku telah menuntunku dan membangkitkan motivasiku untuk bergegas menggapai mimpi.
Telingaku memang brilian mampu menyaring bisikan yang mendorong atau yang akan menjatuhkan.
Tidak semua suara yang kamu dengar mesti dituruti. Jelilah memilih dan memilah agar kamu tidak terperosok oleh suara yang menghanyutkan.
Semangat pagi sahabat.
Semoga pagimu juga ceria, seceria hatiku yang berbunga-bunga menyambut sang fajar.
Thaipeh, 20 Juni 2019
Mengapa Tuhan pun sampai bersumpah demi waktu pagi? Demi fajar! Fakta membuktikan kebiasaan bangun pagi adalah kunci penting keberhasilan orang-orang sukses.
Ayam jantan sudah berkokok sebagai alarm pagi menyambut sang fajar.
Dinginnya pagi masih menusuk menggerogoti tulang. Masih terasa lembabnya udara akibat guyuran rintik semalam membuatku tetap bertahan sembunyi di singasanaku yang mungil ini.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Jam dinding juga sudah berdentang denting sepagi ini.
"Bangunlah duhai jiwa yang masih terlelap!"
Kututup telingaku dengan bantal guling, agar tidak mendengar lagi kegaduhan dari dinding kamar itu. Nyamannya pantai indah kapuk membuat aku malas untuk beranjak.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Jam dinding berkata lagi dengan suara agak keras,"Tiap menit itu berharga, bangkitlah dari peraduanmu!"
Gulingpun mengeliat kaget oleh suara tegas dari jam dinding dan menukik indah di lantai.
Akupun mulai berancang-ancang untuk bangkit dan meninggalkan zona nyamanku.
Eiiitttt....
Layar badai menahan tanganku.
"Tetaplah di sini bersamaku, akan aku bawa kamu terbang ke awan dan bercengkrama dengan langit biru. Setelah itu kita berlayar ke pulau impian dan berjumpa dengan pangeran idaman."
Aku kembali terlena, termakan oleh bujuk rayu layar lembut berbunga mawar yang menyelimuti tubuhku.
Baru saja mau berlayar, terdengar getaran lembut yang mengusik. Langit-langit kamar ikut mengguncang tubuhku seraya berbisik, " Berhentilah berlayar dan berlabuhlah!"
Kalender juga ikut bersuara,"Segera lakukan, jangan tunda nanti keburu gelap kembali menjemput malam."
Kemoceng dari benang wol yang sedari tadi diam, mulai ikut menggelitik kakiku.
"Baiklah sahabat, aku nyerah, aku bangun dan akan bercengkrama dengan kamu semuanya."
Dengan sigap aku gulung layar dan menambatkan perahu di tepian. "Istirahatlah di sini, saat senja datang aku akan menemuimu lagi."
Kubuka jendela, udara sejuk menyapa lembut berhamburan menghampiriku.
Aku berkemas untuk menyambut indahnya pagi ini.
Bukalah pintu ini lebar-lebar dan tataplah duniamu, jelajahi alam kemudian temukan di mana berlianmu", Pintu depan bersorak.
Aku melangkahkan kaki untuk memulai mendobrak masa depanku.
"Tunggu dulu, Sudahkah kamu bersujud dan bersyukur?",lantai berbisik lirih.
"Bersyukurlah atas nafas yang masih kamu miliki pagi ini, atas semua nikmat yang kamu rasakan sepanjang hari!"
"Aku tersipu malu, indahnya dunia membuat aku lupa bersyukur terhadap yang memberi keindahan tersebut.
Setelah kutunaikan kewajibanku pada yang satu aku mulai beranjak lagi mencari berlian.
Lagi-lagi langkahku tertahan, aku dicegat oleh cermin.
Cermin berkata,"Berkacalah dulu, sudahkah kamu bawa wajah terbaikmu nan berseri? Sudahkah kamu pasang senyum termanismu? perbaiki wajahmu, kulihat masih ada kegalauan di sana, ayuuk...pancarkan pesonamu, tunjukkan keelokan rupamu!"
Dengan Bismillah aku mulai melangkah dengan optimis dan penuh keyakinan.
Tralalala...
Trililili....
Kusongsong pagiku dengan ceria.
Akan kutakhlukkan hari ini demi sebongkah berlian yang masih tersimpan.
Kusapa mentari pagi, yang tersenyum memandangiku.
Ku belai dengan lembut dedaunan yang mengiringi langkahku.
Aku bahagia....pagiku begitu semarak dan membuat hati berbunga.
Aku beruntung memiliki telinga yang brilian, yang peka menangkap suara alam.
merdunya kokok ayam jantan, dentingan jam dinding, getaran lembut dinding kamar, lembutnya bisikan lantai dan semua suara indah dari nyanyian sahabat-sahabat yang ada dikamarku telah menuntunku dan membangkitkan motivasiku untuk bergegas menggapai mimpi.
Telingaku memang brilian mampu menyaring bisikan yang mendorong atau yang akan menjatuhkan.
Tidak semua suara yang kamu dengar mesti dituruti. Jelilah memilih dan memilah agar kamu tidak terperosok oleh suara yang menghanyutkan.
Semangat pagi sahabat.
Semoga pagimu juga ceria, seceria hatiku yang berbunga-bunga menyambut sang fajar.
Thaipeh, 20 Juni 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar