DO'A SEORANG GURU
Ya Allah...
berikanlah kami kekuatan
'tuk menorehkan goresan pada selembar kertas putih
mengisi gelas kosong dengan madu
Tuntunlah kami ya Allah...
menghilangkan dahaga murid-murid kami
yang haus akan ilmu
dengan penuh cinta kasih dan ketulusan
Ya Allah...
berikanlah kami kesabaran
'tuk hadapi murid-murid yang penuh ragam
Jangan biarkan bibir ini
melontarkan ucapan yang membuatnya terhina
jangan biarkan tangan ini
melayang pada tubuh mungilnya
hingga menyurutkan semangatnya
Ya Allah...
Bimbinglah kami mewujudkan harapannya
menjadi anak saleh dan salehah
serta dapat menggapai mimpi-mimpi duniawi
dan dapat membangun negeri tercinta ini
dengan kekuatan Iman dan ilmu.
RODA KEHIDUPAN
Roda yang berputar
gambaran dari kehidupan
ada saatnya di atas
ada saatnya bergulir ke bawah
justru itu
siapkan diri
'tuk hadapi
berbagai kemungkinan
yang bakal terjadi
ketika berada di atas
jangan biarkan kelengahan
menggelayuti diri
dan larut dalam luapan gelak tawa
saat berada di bawah
pupuk semangat bulatkan tekat
singkirkan kegalauan
halau segala ketidak berdayaan
jangan biarkan diri
terinjak dan tertindih.
KEKECEWAAN SEORANG LELAKI TUA
Seorang lelaki tua terduduk lemas di pojok rumahnya
kekecewaan yang mendalam tergores di wajah keriputnya
matanya menatap nanar ke langit-langit rumah biliknya
terkenang kembali masa-masa indah
bersama anak semata wayangnya
Masih terukir segar di dalam ingatannya
nasehat yang selalu dia dengungkan
Nak, jangan biarkan tangan lembutmu merampas milik orang lain
jangan biarkan tanganmu membawa lari yang bukan hakmu
ingat mencuri itu dosa
mencuri itu dosa nak
anak semata wayangnya mengangguk
patuh
Tapi itu dulu
dulu sekali
ketika anaknya yang pintar
masih menjadi anak yang patuh dan penurut
Namun kini
keserakahan telah telah membutakan hatinya
dengan tangan lembutnya
dia rampas yang bukan haknya
Air mata telah membasahi wajah keriput lelaki tua itu
ternyata anak semata wayangnya
tidak lagi menjadi anak yang patuh
dan penurut.
TERSENYUMLAH
Sepotong sajak buat anak-anakku di Nangro Aceh Darussalam
(Des, 2004)
Masih terlihat kesedihan di wajah polosnya
masih terlihat luka yang amat dalam
akibat bencana yang menimpa kota kelahirannya
Bangkitlah nak...
jangan menangislagi
kuburkan masa lalu, tolehkan wajahmu ke hari esok
tutup lembaran lama, kita buka lembaran yang baru
Walau gedung sekolahmu telah hancur,
seragammu telah tercabik-cabik,
buku pelajaranmu hanyut di bawa gelombang tsunami
walau air bah raksasa itu
telah memporakporandakan tanah kelahiranmu
namun semangat belajarmu jangan ikut tenggelam
jangan biarkan keputusasaan bergelayut dalam dirimu
engkaulah harapan bangsa
engkaulah pemimpin hari esok
Inginku lihat wajahmu berseri
menyongsong matahari esok yang menanti
tersenyumlah nak..!
TUJUH BELAS ENAM BELAS
Tujuh belas enam belas
di penghujung bulan sembilan
Ranah minang kembali diguncang gempa
gempa yang amat dasyat...
Gedung-gedung hancur
ribuan orang tertimbun reruntuhan
Sawah ladang disapu longsor
orang tua kehilangan anak
anak kehilangan orang tua
sanak saudara bercerai berai
semua bersedih
semua berduka
semua trauma
bumi minang menagis...
Tujuh belas enam belas
adalah teguran dari yang maha penguasa
untuk meninggalkan semua perbuatan dosa
dan kembali ke jalannya
Tujuh belas enam belas
di penghujung bulan September itu
menyisakan serpihan-serpihan hati
'ntuk menata kehidupan yang baru
yang benar-benar bersih.
Ya Allah...
berikanlah kami kekuatan
'tuk menorehkan goresan pada selembar kertas putih
mengisi gelas kosong dengan madu
Tuntunlah kami ya Allah...
menghilangkan dahaga murid-murid kami
yang haus akan ilmu
dengan penuh cinta kasih dan ketulusan
Ya Allah...
berikanlah kami kesabaran
'tuk hadapi murid-murid yang penuh ragam
Jangan biarkan bibir ini
melontarkan ucapan yang membuatnya terhina
jangan biarkan tangan ini
melayang pada tubuh mungilnya
hingga menyurutkan semangatnya
Ya Allah...
Bimbinglah kami mewujudkan harapannya
menjadi anak saleh dan salehah
serta dapat menggapai mimpi-mimpi duniawi
dan dapat membangun negeri tercinta ini
dengan kekuatan Iman dan ilmu.
RODA KEHIDUPAN
Roda yang berputar
gambaran dari kehidupan
ada saatnya di atas
ada saatnya bergulir ke bawah
justru itu
siapkan diri
'tuk hadapi
berbagai kemungkinan
yang bakal terjadi
ketika berada di atas
jangan biarkan kelengahan
menggelayuti diri
dan larut dalam luapan gelak tawa
saat berada di bawah
pupuk semangat bulatkan tekat
singkirkan kegalauan
halau segala ketidak berdayaan
jangan biarkan diri
terinjak dan tertindih.
KEKECEWAAN SEORANG LELAKI TUA
Seorang lelaki tua terduduk lemas di pojok rumahnya
kekecewaan yang mendalam tergores di wajah keriputnya
matanya menatap nanar ke langit-langit rumah biliknya
terkenang kembali masa-masa indah
bersama anak semata wayangnya
Masih terukir segar di dalam ingatannya
nasehat yang selalu dia dengungkan
Nak, jangan biarkan tangan lembutmu merampas milik orang lain
jangan biarkan tanganmu membawa lari yang bukan hakmu
ingat mencuri itu dosa
mencuri itu dosa nak
anak semata wayangnya mengangguk
patuh
Tapi itu dulu
dulu sekali
ketika anaknya yang pintar
masih menjadi anak yang patuh dan penurut
Namun kini
keserakahan telah telah membutakan hatinya
dengan tangan lembutnya
dia rampas yang bukan haknya
Air mata telah membasahi wajah keriput lelaki tua itu
ternyata anak semata wayangnya
tidak lagi menjadi anak yang patuh
dan penurut.
TERSENYUMLAH
Sepotong sajak buat anak-anakku di Nangro Aceh Darussalam
(Des, 2004)
Masih terlihat kesedihan di wajah polosnya
masih terlihat luka yang amat dalam
akibat bencana yang menimpa kota kelahirannya
Bangkitlah nak...
jangan menangislagi
kuburkan masa lalu, tolehkan wajahmu ke hari esok
tutup lembaran lama, kita buka lembaran yang baru
Walau gedung sekolahmu telah hancur,
seragammu telah tercabik-cabik,
buku pelajaranmu hanyut di bawa gelombang tsunami
walau air bah raksasa itu
telah memporakporandakan tanah kelahiranmu
namun semangat belajarmu jangan ikut tenggelam
jangan biarkan keputusasaan bergelayut dalam dirimu
engkaulah harapan bangsa
engkaulah pemimpin hari esok
Inginku lihat wajahmu berseri
menyongsong matahari esok yang menanti
tersenyumlah nak..!
TUJUH BELAS ENAM BELAS
Tujuh belas enam belas
di penghujung bulan sembilan
Ranah minang kembali diguncang gempa
gempa yang amat dasyat...
Gedung-gedung hancur
ribuan orang tertimbun reruntuhan
Sawah ladang disapu longsor
orang tua kehilangan anak
anak kehilangan orang tua
sanak saudara bercerai berai
semua bersedih
semua berduka
semua trauma
bumi minang menagis...
Tujuh belas enam belas
adalah teguran dari yang maha penguasa
untuk meninggalkan semua perbuatan dosa
dan kembali ke jalannya
Tujuh belas enam belas
di penghujung bulan September itu
menyisakan serpihan-serpihan hati
'ntuk menata kehidupan yang baru
yang benar-benar bersih.
Kamu Seorang
Malam semakin kelam
Senyap sepi mencekam
Keriuhan perlahan tenggelam
Oleh gelapnya malam
Hatiku masih terjaga
Jiwaku berkelana
mengembara
Menyeruak di sela-sela dedaunan yang ditiup angin malam
Dan terus mencarimu hingga ke awan hitam
Di manakah engkau duhai belahan jiwa
Di bumi bagian manakah engkau sekarang berada
Apakah engkau dengar suaraku
Yang terus memanggil namamu
Hatiku sungguh merindu
Menunggumu hadir di sini
Aku akan selalu menjaga hati ini untukmu
Dan tetap setia padamu
Walau berpuluh tahun menanti
Bisikan Rindu
Bisikan Rindu
Oleh : Delvia
Andrini
Bisikan rindu dari
lorong waktu
Menerobos gelombang
jiwa yang masih membisu
Seirama hempasan
ombak yang menghantam kalbu
Memecah keheningan
sukma nan syahdu
Bisikan rindu dari
lorong waktu
Senandungnya
menyayat kalbu
Membuatku semakin
tersedu
Dan tergugu
Dulu aku adalah
serpihan luka yang berserakan
Berhamburan bersama
sang waktu
Kutabahkan hati
untuk terus bertahan
Tersudut dan
terjepit di lorong yang berdebu
Deburan ombak
semakin menepi
Nyanyian rindunya
tak kunjung berhenti
Membuai angan
melambung tinggi
Aku terbelenggu
untuk sebuah kenangan pilu
Bisikan rindu dari lorong waktu
Senandungnya membuat
hati semakin berarti
Kunikmati setiap
syair yang engkau dendangkan
Seiring beranjaknya
kepiluan dan kesedihan
Dukamu Negeriku
Duhai Ibu Pertiwi
Sungguh malang
nasibmu
Musibah datang silih
berganti
Tragedi demi tragedi
menambah perih lukamu
Gempa yang amat
dasyat telah menggoncang negeri ini
Banjir dan longsor
menyapu bumi hingga rata
Badai datang
memporakporandakan alammu nan asri
Tsunami dengan
garangnya menenggelamkan keelokan negeri tercinta
Aduhai negeriku….
Begitu banyak kesedihan
kepedihan
Keperihan dan
Kepiluan yang
mengiris-iris kalbu
Bencana demi
bencana
Terlihat nyata di depan
mata
Semua yang terjadi
adalah takdir dari yang maha kuasa
Agar kita kembali
ke jalanNya
wah bagus sekali puisinya..
BalasHapus